Selasa 06 Aug 2024 16:41 WIB

Di Balik Kisruh Sejarah Pendiri PBNU, Gus Ulil: Jangan-Jangan Ada Agenda Politik Tertentu

Dia mengatakan, jika ada sejarah NU ditulis tidak tepat, maka dikoreksi.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: A.Syalaby Ichsan
Ketua PBNU, KH Ulil Abshar Abdalla yang akrab disapa Gus Ulil di acara Interfaith and Intercivilizational Reception di Grand Ballroom Pullman, Jakarta, Rabu (10/7/2024)
Foto: Republika/Fuji E Permana
Ketua PBNU, KH Ulil Abshar Abdalla yang akrab disapa Gus Ulil di acara Interfaith and Intercivilizational Reception di Grand Ballroom Pullman, Jakarta, Rabu (10/7/2024)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla angkat bicara mengenai adanya upaya untuk menunggangi kebijakan PBNU yang merevisi buku pelajaran tentang sejarah NU yang kurang pas. Dia meminta agar Nahdliyin untuk tetap menghormati dzurriyah atau keturunan Rasulullah SAW. 

"Saya menulis ini karena baru saja membaca postingan yang menunggangi kebijakan PBNU nutuk kepentingan agendanya sediri. Bahkan menyebut Habib Luthfi dengan Kabib, ya jangan begitu lah,"ujar Ulil lewat postingannya di akun X bercentang biru Ulil Abshar Abdalla. 

Baca Juga

Menurut Ulil, kebijakan PBNU untuk menarik dan kemudian merevisi buku-buku pelajaran tentang sejarah NU  menjadi bahan perbincangan yang panas di masyarakat terutama kalangan nahdliyin. Dia mengatakan, kebijakan ini jangan sampai dijadikan alat untuk makin meningkatkan agenda mereka untuk menyerang habaib.

"Saya secara personal tetap memegang pendapat Gus Yahya, Ketum PBNU, yatu kita harus tetap husnuzzan kepada para habaib, terutama soal nasab yang diperselisihkan akhir-akhir ini. Gus Yahya meranti-wanti, di balik kisruh ini jangan-jangan ada agenda politik yang dimainkan oleh aktor politik tertentu untuk tujuan-tujuan mereka sendiri. Kita harus waspada,"ujar dia.

Dia mengatakan, jika ada sejarah NU ditulis tidak tepat, maka dikoreksi. Hal tersebut sudah kewajiban PBNU sebagai owner sejarahnya sendiri. Meski demikian, dia mengatakan, ada hal yang tidak bisa diingkari bahwa tradisi santri dan pesantren adalah menghormati dzurriyah Rasulullah dan ahlul bait  dalam batas-batas wajar dan masuk akal.

"Di tengah kemelut ini, kita sebagai warga NU harus tetap memakai akal sehat, tetap bersikap moderat. Misalnya, kita tetap hormat pada habaib seperti Habib Luthfi Pekalongan,"kata dia. 

 

Mengoreksi pendiri NU yang disebut kakek Habib Luthfi..

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement