Rabu 07 Aug 2024 06:05 WIB

Mengenal Pangkal Penderitaan

Rasulullah SAW mengajarkan, ada empat hal yang menjadi sumber penderitaan manusia.

Mengenal pangkal penderitaan (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Mengenal pangkal penderitaan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT menegaskan manusia terlahir memiliki sifat keluh dan kesah (QS 70: 19-20). Maknanya, manusia akan sangat mudah untuk mengeluh, terlebih-lebih jika sedang dilanda kesusahan dan kesulitan. Namun, keluh kesah tersebut, pada hakikatnya, merupakan hasil dramatisasi manusia terhadap permasalahan yang dihadapinya. Tegasnya, manusialah yang membuat segala permasalahan dan menjadikannya sebagai sumber penderitaan.

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita ada empat hal yang menjadi sumber penderitaan bagi manusia. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Empat perkara yang mengakibatkan penderitaan, yaitu pandangan yang picik, hati yang kesat, kemauan keras, dan banyak angan-angan" (HR Abu Nu'aim dari Anas).

Baca Juga

Pertama, pandangan yang picik. Pandangan yang picik adalah pandangan yang selalu merendahkan orang lain. Orang yang memiliki sifat tersebut akan selalu apriori (dengki) terhadap apa pun yang dikatakan atau dilakukan orang lain. Ia menganggap apa pun yang dilakukan atau dikatakan orang lain akan selalu salah, dan pendapatnya yang paling benar. Penderitaan yang ditimbulkan dari sifat ini adalah ketakutan yang dahsyat kalau orang lain berbuat lebih baik. Hidupnya akan selalu dipenuhi pemikiran bagaimana cara mengalahkan pendapat atau tindakan orang lain.

Kedua, hati yang kesat. Maksudnya adalah hati yang telah mati atau hati yang dihinggapi penyakit rohani. Orang yang memiliki sifat ini tidak akan pernah menerima nasihat atau kebenaran yang disampaikan kepadanya. Sehingga, penderitaan yang ditimbulkannya adalah tersesat selama-lamanya. Dan, kelak di akhirat nanti termasuk golongan orang-orang yang merugi.

Allah menggambarkan orang yang memiliki sifat ini dalam firman-Nya, yang artinya, "Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat" (QS 2: 6-7).

Dalam ayat selanjutnya Allah menyatakan. "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta" (QS 2: 10).

Ketiga, kemauan yang keras. Maksudnya adalah kemauan yang keras, tetapi tidak dilandasi dan didukung oleh kemampuan dan etos kerja yang tinggi. Maka, orang-orang seperti ini hanya melahirkan kekecewaan dan putus asa.

Keempat, banyak berangan-angan. Perilaku ini hanya menyuburkan pekerjaan yang sia-sia dan mendatangkan kemalasan. Orang seperti ini pekerjaannya hanya menghitung jikalau dan andaikan. Maka, bagi mereka adalah kesengsaraan jika angan-angannya tidak tercapai.

Sifat ini jelas bertentangan dengan sifat-sifat orang-orang beriman. Allah menyatakan, "Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari pekerjaan yang tiada berguna" (QS 23: 1-3).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement