REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di tengah ketegangan akibat ancaman serangan balasan Iran, Politico melaporkan, Israel kekurangan amunisi yang dibutuhkan untuk menangkis serangan besar yang diperkirakan akan dilakukan oleh Iran dan Hizbullah pekan ini. Terlebih, belum ada kejelasan apakah negara-negara Arab akan turun tangan untuk membantu seperti yang mereka lakukan pada serangan-serangan sebelumnya.
Serangan Iran pada 13 April lalu, yang melibatkan lebih dari 300 rudal dan pesawat tak berawak, hampir seluruhnya berhasil dicegat oleh koalisi sekutu yang membantu militer Israel. Meski demikian, negara-negara Arab merasa frustrasi dengan pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh oleh Israel di Teheran dan pemimpin Hizbullah, Fuad Shukr, di pinggiran kota Beirut.
Negara-negara timur tengah juga merasa jengkel dengan ancaman dari Teheran bahwa mereka juga akan menjadi sasaran kemarahannya jika melakukan intervensi. Politico menulis, masih harus dilihat seberapa sukses upaya AS untuk menghidupkan kembali koalisi tersebut dan seberapa besar kesediaan beberapa negara tersebut sekarang.
"Secara umum, ada tingkat kelelahan tertentu dan pada tingkat tertentu saya akan membayangkan kebencian bahwa kita berada dalam situasi ini sekarang karena pembunuhan Shukr dan Haniyeh," kata Jonathan Lord, direktur program keamanan Timur Tengah di Pusat Keamanan Amerika Baru.
Jika serangan bulan April dipimpin oleh Iran dengan proksi lain yang ikut serta, Hizbullah diprediksi akan memiliki lebih banyak peran setelah kematian Shukr. Kelompok pimpinan Hasan Nasrallah ini kemungkinan akan menargetkan serangan lebih jauh ke selatan dan menggunakan pasokan strategisnya berupa rudal berpemandu presisi.
Tom Karako, direktur Proyek Pertahanan Rudal di Pusat Studi Strategis dan Internasional, mengatakan kepada NatSec Daily bahwa kerentanan terbesar adalah bahwa Iran dan proksi-proksinya membanjiri sistem pertahanan tertentu di tempat dan waktu tertentu di saat persediaan amunisi Israel yang menipis.
"Ini adalah kapasitas persediaan iron dome (kubah besi) Tidak ada cukup iron dome di dunia untuk menangani 100.000 roket, dan itu bukan kesalahan iron dome atau sistem lainnya. Itu hanya aritmatika dasar," katanya.
Serangan balik Israel..