Rabu 07 Aug 2024 15:37 WIB

Menlu AS Sebut Nasib Akhir Perang di Gaza Ada di Tangan Yahya Sinwar

Blinken menilai gencatan senjata tergantung Sinwar dan bisa cegah serangan Iran.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.
Foto: AP Photo/Abir Sultan
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken.

REPUBLIKA.CO.ID, MARYLAND -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan, bahwa pemimpin baru Hamas, Yahya Sinwar saat ini memiliki kesempatan terakhir atas proposal final gencatan senjata dan pertukaran sandera dengan Israel. Hal itu diutarakan Blinken kepada wartawan di Maryland, Selasa (6/8/2024).

"Sebagaimana telah menjadi isu (negosiasi) untuk waktu yang cukup lama, itu (sekarang) benar-benar tergantung kepada dia," kata Blinken, tak lama setelah Hamas mengumumkan penunjukan Yahya Sinwar menjadi pengganti almarhum Ismail Haniyeh.

Baca Juga

"Negosiasi telah mencapai tahap final, dan kami sangat yakin bahwa mereka harus melalui garis finis sangat, sangat segera," kata Blinken dikutip Jerusalem Post.

Proposal itu terdiri dari tiga tahap yang akan membebaskan total 115 sandera di Gaza yang ditukar dengan gencatan senjata dan pelepasan para tahanan Palestina dari penjara Israel. Sekitar 18 dari 32 sandera yang masih hidup akan dilepaskan pada tahap pertama, berproses selama enam pekan, sambil kedua belah pihak terus menegosiasikan gencatan senjata permanen untuk menghentikan perang.

AS berharap bahwa gencatan senjata di Gaza secara simultan akan juga mengakhiri kekerasan di perbatasan utara Israel antara IDF dan Hizbullah. Diketahui Israel kini dalam ancaman serangan simultan dari Iran dan Hizbullah menyusul pembunuhan komandan Hizbullah Fuad Shukr di Beirut dan pemimpin Hamas di Ismail Haniyeh di Teheran.

"Sangat penting bahwa semua pihak bekerja untuk memfinalisasi perjanjian segera," kata Blinken.

Blinken juga menginfirmasikan bahwa pada Selasa, Presiden AS Joe Biden telah berbicara dengan Emir Qatar, Sheikh Tamim Bin Hamad al Thani dan Presiden Mesir Fattah El-Sisi. Qatar dan Mesir diketahui berperan sebagai mediator dalam negosiasi gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

"Ada kesepakatan dalam kerangka kerja. Apa yang sedang kita kerjakan beberapa pekan terakhir adalah detail penting soal bagaimana mengimplementasikan detail itu," kata Blinken.

"Ini adalah waktu semua pihak terlibat untuk menutup kesepakatan. Tidak ada penundaan, tidak ada pemakluman. Tidak ada alasan kita tidak bisa berbuat sesuatu," kata Blinken menegaskan.

Blinken pun mendesak, Israel dan Hamas untuk, "Fokus untuk sepakat 'iya'."

Blinken juga menyoroti eskalasi ketegangan di Timur Tengah di tengah ancaman serangan Iran dan Hizbullah ke Israel. "Alasan, di antara hal yang lain adalah kami sangat ingin menghindari eskalasi apapun karena iya, itu berpotensi mengganggu perjanjian gencatan senjata."

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement