Kamis 08 Aug 2024 08:25 WIB

Yahya Sinwar Jadi Pemimpin, Hamas Total War Habisi Israel

Penunjukkan Yahya Sinwar sinyal komunikasi Hamas lawan Israel hanya dengan peluru

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Erdy Nasrul
Senior Hamas leader in Gaza Strip, Yahya Al-Sinwar (C) attends a Hamas rally marking Al-Quds Day, or
Foto:

Penunjukkan Yahya Sinwar sebagai pemimpin baru bagi Hamas, menurut Dina, juga bakal memengaruhi Deklrasi Beijing. Deklrasi Beijing adalah perjanjian rekonsiliasi terbuka untuk penyatuan damai 14 faksi-faksi perjuangan di seluruh Tanah Palestina.

Deklarasi Beijing berhasil diinisiasi oleh China, pada Juli 2024 lalu. Dua faksi terbesar yang turut serta menandatangani deklarasi tersebut adalah Hamas dan Fattah yang merupakan faksi politik terbesar kedua di Palestina. Jika Hamas selama ini terkenal sebagai faksi politik-bersenjata nonkooperatif di Jalur Gaza, adapun Fattah, faksi politik lunak yang berbasis di Ramallah. Sejak lama, kedua faksi besar di Palestina ini dikondisikan selalu tak bisa akur.

Dalam Deklarasi Beijing, perwakilan dan negosiator Hamas saat itu, adalah Ismail Haniyeh yang punya pandangan kooperatif, dan terbuka untuk penyatuan faksi-faksi perjuangan di seluruh Palestina. Dina mengatakan Hamas di bawah kepemimpin Sinwar sekarang ini, diharapkan tetap komitmen mewarisi jalan damai Ismael Haniyeh untuk misi penyatuan faksi-faksi Palestina itu. “Kalau dikaitkan dengan Deklarasi Beijing, bukan berarti Sinwar tidak setuju meskipun bukan dia yang di sana, bukan berarti nantinya ada dualisme keputusan di Hamas. Menurut saya tidak,” kata Dina.

Hanya saja, kata Dina, penunjukkan Sinwar sebagai pemimpin baru bagi Hamas ini, merupakan situasi yang baru pasca-Deklarasi Beijing. “Yang harus diperhatikan, terpilihnya Sinwar ini, merupakan perkembangan baru di mana negosiator terdepan Hamas dalam Deklrasi Beijing itu (Ismail Haniyeh) dibunuh oleh Zionis Israel. Jadi negosiasi macam apa nantinya yang akan bisa diterapkan, ketika satu pihak dibunuh oleh pihak lain?,” begitu kata Dina.