Kamis 08 Aug 2024 11:40 WIB

Menelusuri Jejak Masuknya Islam di Kalimantan

Ada berbagai macam teori berdasarkan beraneka sumber sejarah dan artefak.

Red: Ani Nursalikah
Warga berjalan di depan Masjid Al Ala, Desa Jatuh, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan, Selasa (4/4/2023). Masjid yang dibangun sekitar abad ke-17 Masehi dan diperkirakan berumur lebih dari 300 tahun tersebut menjadi simbol dakwah islami di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Foto:

Dalam bukunya, Tome Pires membagi kepercayaan penduduk di Kalimantan ke dalam dua jenis. Pertama, adalah kaum pagan, atau mereka yang masih menganut kepercayaan turun-temurun.

Kedua, kaum ‘Moor’, yang mengacu kepada kaum Muslim. Istilah ‘Moor’ untuk orang Islam adalah istilah yang lazim dipakai oleh kalangan Eropa Kristen, khususnya orang Spanyol dan Portugis, kala itu.

Profesi kaum Moor itu, menurut Pires, adalah sebagai pedagang dan mereka memiliki tempat terhormat di tengah masyarakat. Bahkan, di salah satu wilayah di Kalimantan, seorang rajanya telah menganut agama Islam. Ini memperlihatkan bahwa dalam kurun waktu yang dinarasikan Pires, Islam bukan lagi agama asing, melainkan telah berakar secara lokal dan bahkan telah memiliki legitimasi secara politik.

Seiring dengan kedatangan Islam di Kalimantan, sejumlah kerajaan Islam pun berdiri di pulau besar ini. Di utara, Kerajaan Brunei, yang awalnya merupakan wilayah bawahan Majapahit yang berpusat di Jawa, menyatakan kemerdekaannya pada  tahun 1368.