REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menilai skenario melawan kotak kosong di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta masih berpeluang terjadi. Namun, munculnya kotak kosong dinilai merupakan proses yang tidak sehat dalam demokrasi.
Ketua Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS Arya Fernandes mengatakan, lihat struktur kekuatan partai politik di Jakarta sangat memungkinkan untuk memunculkan lebih dari satu pasangan calon. Bahkan, terbuka peluang untuk memunculkan empat pasangan calon di Pilgub DKI Jakarta.
"Kalau kita lihat dari distribusi suara partai, bisa jadi tiga atau empat pasang," kata dia di Auditorium CSIS, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (8/8/2024).
Namun, saat ini muncul upaya hanya memunculkan satu pasangan calon untuk melawan kotak kosong di Pilgub DKI Jakarta. Upaya itu dinilai tidak sehat dalam proses demokrasi.
Arya menjelaskan, upaya untuk memunculkan kotak kosong di Pilgub DKI Jakarta dilatarbelakangi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah karena kontestasi di Jakarta sangat berpengaruh untuk menentukan calon presiden pada 2029.
"Jadi siapa yang berkontestasi di 2029 sumbernya salah satunya, kalau tidak inkumben, mungkin yang paling kuat adalah kepala daerah. Jadi kepala daerah yang potensial di pilkada ini tentu akan menjadi semacam kandidat yang bisa dipilih juga dalam Pilpres 2029," kata dia.
Selain itu, faktor lain yang memunculkan kotak kosong di Jakarta adalah karena jarak elektabilitas Anies Baswedan dengan kompetitor lainnya cukup jauh. Alhasil, muncul skenario untuk menjegal Anies majubdi Pilgub DKI Jakarta.
Menurut Arya, skenario memunculkan kotak kosong di Pilgub DKI Jakarta merupakan sesuatu yang tidak sehat. Pasalnya, skenario itu tidak memberikan peluang seseorang bisa maju kontestasi.
"Ini bukan soal siapa, tapi soal desain yang tidak kompetitif. Kita harus desak partai seperti PKS, PKB, Nasdem, PDIP, untuk punya komitmen membangun demokrasi dan kompetisi yang sehat. Karena peluang terbuka," kata dia.
Menurut dia, PKS sudah berikan peringatan kepada Anies karena tak bisa membawa partai lain untuk ikut mendukung. Ia menilai, bukan tidak mungkin PKS akan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) di Pilgub DKI Jakarta, seperti yang dilakukan partai itu di Sumatra Utara (Sumut).
"Berarti tinggal tiga. Nasdem mungkin bisa. Bolanya di PDIP dan Nasdem. Apakah mereka bisa bertemu? Kita harus dorong," kata Arya.
Ia menambahkan, peluang menang untuk melawan kotak kosong di Jakarta juga tidak mudah. Apalagi, pemilih di Jakarta lebih memiliki bekal politik untuk menentukan pilihan.
Arya mencontohkan, kotak kosong pernah menang melawan pasangan calon tunggal di Makassar. "Jadi kalau ternyata pada skenario terburuk, tugas publik, tugas kita bersama untuk melawan itu. Atau mungkin memberikan pandangan kepada masyarakat kalau kotak kosong tidak menunjukan ciri demokratis," kata Arya.