REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan wali kota Bogor Bima Arya mundur dari pencalonan sebagai bakal calon gubernur di pemilihan kepala daerah (Pilkada) Jawa Barat (Jabar). Mundurnya Bima telah dikonfirmasi oleh Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno. Edy mengatakan Bima Arya mundur karena mengikuti keputusan pengurus pusat partai.
Dia mengatakan bahwa keputusan PAN adalah mendukung siapapun pasangan calon gubernur dan wakil gubernur untuk Pilkada Jawa Barat dan Pilkada Jakarta yang bakal diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM).
"Mungkin dengan membaca keputusan partai demikian, Kang Bima berpandangan bahwa baiknya tidak meneruskan lagi, kiprahnya, ikhtiarnya untuk di Pilgub Jabar," kata Eddy kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Sejauh ini, dia pun telah mendengar bahwa nantinya Partai Golkar dengan Partai Gerindra akan bersama-sama mengajukan calon gubernur dan wakil gubernur untuk Pilkada Jawa Barat. Menurutnya hal itu juga sudah menjadi kesepakatan kolektif para ketua umum partai politik di KIM.
Terkait karir Bima Arya ke depannya, menurutnya hal itu akan dirumuskan bersama dengan pimpinan partai. Menurutnya pembahasan itu juga bakal berkaitan dengan kader-kader lainnya yang dimiliki PAN.
"Yang jelas kader-kader kita itu yang punya potensi, yang memiliki kemampuan kapasitas, memiliki loyalitas yang tinggi kepada partai, tentu akan kita bersiapkan untuk melakukan pengabdian lebih lanjut di masyarakat," katanya.
Sebelumnya, bakal calon gubernur Jawa Barat dari Partai Amanat Nasional (PAN), Bima Arya Sugiarto, menyatakan mundur dari kontestasi pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2024.
Hal itu disampaikan Bima Arya di kediamannya di Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (7/8). Dalam pernyataannya, ia mengikuti PAN sebagai anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mendukung penuh pencalonan Dedi Mulyadi sebagai calon gubernur Jabar.
Dengan mundurnya Bima, maka calon lain yang mungkin bersaing yakni Ilham Habibie. Ilham mendapat rekomendasi dari Partai Nasdem. Namun, Ilham bisa saja tidak dapat maju jika tidak dapat dukungan dari partai.
Nama kandidat lain yang juga sempat beredar adalah Desy Ratnasari hingga UU Ruzhanul Ulum wagub Jabar 2018-2023. Namun lagi-lagi belum ada yang aman dibandingkan Dedi Mulyadi. Seperti diketahui Dedi mencuat setelah Golkar menggeser Ridwan Kamil dari kontestasi di Jabar, dan kemungkinan besar akan bertarung di Jakarta.
Sementara Partai Demokrat mempertimbangkan Dedi Mulyadi sebagai bakal calon gubernur pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 di Provinsi Jawa Barat.
Koordinator Juru Bicara DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra, saat dihubungi di Jakarta, Senin, menjelaskan Partai Demokrat masih harus mengikuti mekanisme internal partai, termasuk menunggu keputusan Majelis Tinggi Partai (MTP) yang saat ini dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Kang Dedi Mulyadi ini sudah masuk juga ke daftar kami, termasuk di antaranya usulan dari daerah, dan ini nanti keputusan di Majelis Tinggi ya dibahas di pusat, kita akan cermati betul,” kata Herzaky.
PKS belum menentukan sikap terkait Pilkada Jabar. Apakah akan bergabung dalam Koailisi Indonesia Maju? Atau akan membuat poros baru. Namun jika, semua partai bergabung ke KIM maka bukan tidak mungkin, Dedi Mulyadi yang sudah mendapat rekomendasi dari Gerindra bakal melawan kotak kosong.