Kamis 08 Aug 2024 22:57 WIB

Muslim Inggris Berderma ke Non Muslim, MUI: Cerminan Ajaran Allah

Muslim Inggris meski rajin berderma tapi kerap jadi sasaran kebencian.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Lebih dari 500 Muslim Inggris dan teman-teman non-Muslim berkumpul untuk merayakan kegiatan berbuka #OpenIftar selama bulan Ramadhan di pelataran Royal Albert Hall, Ahad (9/4/2023).
Foto: PA
Lebih dari 500 Muslim Inggris dan teman-teman non-Muslim berkumpul untuk merayakan kegiatan berbuka #OpenIftar selama bulan Ramadhan di pelataran Royal Albert Hall, Ahad (9/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Fakta menunjukkan meski kerap menjadi korban islamofobia, vandalisme tempat ibadah dan kuburan, tapi umat Islam di Inggris terbukti paling dermawan dibanding kelompok lainnya di inggris, bahkan mereka berderma bukan hanya ke umat Islam saja, tapi juga ke non Islam. 

Merespons hal itu, Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim mengatakan, apa yang dilakukan umat Islam di Inggris tersebut merupakan cerminan kehidupan sehari-hari umat Islam. Sehingga, sikap seperti itu harus dipertahankan. 

Baca Juga

"Tidak peduli Islam maupun bukan Islam jadi kemuliaan ini merupakan cerminan dari ajaran Allah," ujar Prof Sudarnoto saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (8/8/2024). 

Dia menjelaskan, agama Islam memang menganjurkan pemeluknya untuk melakukan berbagai perbuatan yang mulia serta memperkokoh imannya. Menurut dia, umat Islam juga diwajibkan melaksanakan ibadah yang diajarkan Rasulullah. 

"Semua ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah kita lakukan. Ini untuk menggambarkan hubungan vertikal kita dengan Allah," ucap dia. 

Sedangkan secara sosial, lanjut dia, umat Islam diajarkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang baik dan bermanfaat untuk banyak kalangan masyarakat. Dalam hal ini, menurut dia, Islam mengajarkan untuk menghormati segala perbedaan, termasuk perbedaan agama. 

"Nah itulah sebetulnya kita beruntung ajaran Islam kita mengajarkan hal-hal yang yang baik-baik itu memberikan pertolongan kepada siapa saja, tidak perlu berpikir siapa yang akan ditolong, agamanya apa dan sebagainya," kata dia. 

Meskipun umat Islam di Inggris minoritas, menurut dia, mereka kerap melakukan kegiatan sosial yang memberikan manfaat kepada banyak orang. Bahkan, menurut dia, di Eropa bahkan di Amerika, komunitas muslim juga sering mengundang orang-orang non muslim ketika melaksanakan kegiataan seperti buka puasa bersama. 

"Dan benar itu, saya jadi ingat pada masa Covid itu di Eropa, bahkan juga di Amerika, masjid itu menjadi tempat untuk humanitarian program, bantuan kemanusiaan. Dan itu digerakkan oleh orang-orang Islam," jelas Prof Sudarnoto.

Dia mengatakan, nilai-nilai toleransi juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam tradisi umat Islam. Karena itu, dia pun heran terhadap kelompok ekstrem kanan di beberapa negara barat yang justru memandang orang-orang Islam sebagai ancaman. 

"Menurut saya memang aneh. Nah tetapi kan umat Islam tidak surut meskipun itu didera oleh oleh kebencia,  didera oleh buli, didera oleh vandalisme bahkan juga tindakan-tindakan kekerasan," ujar Prof Sudarnoto. 

"Itu untuk tidak menyurutkan orang-orang Islam untuk menghentikan perbuatan-perbuatan baiknya," ucap Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement