Jumat 09 Aug 2024 15:12 WIB

Tradisi Medali Angkat Besi di Olimpiade, Mulai Lisa Rumbewas Hingga Kini Rizki Juniansyah

Angkat besi mengawali peroleh medali di Olimpiade Sydney 2000 melalui Lisa Rumbewas.

Rep: Fitriyanto/ Red: Mas Alamil Huda
Lifter Indonesia Rizki Juniansyah melakukan angkatan saat bertanding di cabang angkat besi kelas 73 kg putra Olimpiade Paris 2024 di South Paris Arena, Paris, Prancis, Kamis (8/8/2024).
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Lifter Indonesia Rizki Juniansyah melakukan angkatan saat bertanding di cabang angkat besi kelas 73 kg putra Olimpiade Paris 2024 di South Paris Arena, Paris, Prancis, Kamis (8/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah sejarah manis ditorehkan cabang olahraga (cabor) angkat besi di pentas Olimpiade Paris 2024. Melalui lifternya Rizki Juniansyah, berhasil mempersembahkan medali emas bagi Indonesia.

Ini merupakan medali emas kedua bagi kontingen merah putih. Malam Jumat yang membawa berkah. Karena beberapa jam sebelumnya, lagu Indonesia Raya berkumandang dan sang merah putih berkibar di tiang tertinggi setelah Veddriq Leonardo meriah emas di panjat tebing.

Baca Juga

Angkat besi kian menegaskan bahwa cabor ini bukan lagi lapis kedua di bawah bayang-bayang bulu tangkis yang biasanya selalu menjadi penyumbang medali emas, sejak Indonesia partisipasi pada multi event terbesar di dunia ini.

24 tahun lalu atau tepatnya pada Olimpiade Sydney 2000, angkat besi mengawali peroleh medalinya. Kala itu lifter putri Lisa Rumbewas mempersembahkan medali perak. Tidak hanya satu medali perak, di benua Kanguru tersebut cabor yang mengandalkan kekuatan tangan dan kaki ini juga meraih dua medali perunggu melalui lifter Putri Sri Indriyani dan Winarni.

Sejak itu angkat besi selalu konsisten untuk menyumbang medali. Pada perhelatan Olimpiade Athena 2004, Lisa Rumbewas back to back untuk mempertahankan medali peraknya.

Setelah itu era kejayaan lifter putra mulai mengikuti jejak lifter putri. Muncul bintang baru angkat besi Indonesia Eko Yuli Irawan. Pada debutnya di Olimpiade Beijing 2008, Eko meraih perunggu, Triyatno meraih perunggu, dan Lisa Rumbewas juga masih bisa mendapat perunggu.

Empat tahun berikutnya di London, Eko Yuli mampu mempertahankan medali perunggu di Olimpiade 2012. Sedangkan Triyatno justru mampu meningkatkan menjadi perak, serta lifter putri Citra Febrianti. Hanya angkat besi yang mampu sumbang medali di edisi ini.

Pada Olimpiade Rio de Janeiro Brazil, dua medali perak mampu disumbangkan angkat besi melalui Eko Yuli dan Sri Wahyuni Agustiani.

Di Tokyo tahun 2021, lagi-lagi angkat besi menunjukkan kehebatannya dengan menyumbang tiga medali, satu perak dari Elo Yuli dan dua perunggu dari Rahmat Erwin Abdullah dan Windy Cantika Aisah.

Setelah hampir seperempat abad akhirnya Kilauan medali angkat besi di olimpiade semakin kinclong. Di mana akhirnya Lifter Rizki Juniansyah yang baru berusia 21 tahun dan pertama kali main di olimpiade mempersembahkan medali emas pertama di cabor ini bagi Indonesia.

photo
Lisa Rumbewas - (Antara)

Rahasia kemenangan Rizki Juniansyah.. baca di halaman selanjutnya.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement