Sabtu 10 Aug 2024 11:01 WIB

Brigade Al Qassam Ucapkan Sumpah Setia ke Yahya Sinwar

Yahya Sinwar menggantikan Haniyeh yang dibunuh oleh Israel.

Yahya Sinwar, Palestinian leader of Hamas in the Gaza Strip, places his hand over his heart on stage after greeting supporters at a rally of supporters days after a cease-fire was reached in an 11-day war between Gaza
Foto: AP/John Minchillo
Yahya Sinwar, Palestinian leader of Hamas in the Gaza Strip, places his hand over his heart on stage after greeting supporters at a rally of supporters days after a cease-fire was reached in an 11-day war between Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA GAZA -- Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengucapkan sumpah setia kepada Yahya Sinwar, yang terpilih sebagai ketua baru biro politik kelompok tersebut, menggantikan Ismail Haniyeh.

“Brigade Al-Qassam mengucapkan sumpah setia kepada pemimpin Yahya Sinwar dan menegaskan kesiapan penuh mereka untuk melaksanakan keputusannya,” kata Abu Ubaida, juru bicara militer brigade, dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Brigade Al-Qassam melihat pemilihan Sinwar sebagai pemimpin Hamas, menggantikan Haniyeh, sebagai bukti vitalitas dan kekuatan gerakan tersebut.

Hamas memilih Sinwar (61), pada Selasa, untuk menggantikan Haniyeh, yang dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, pada 31 Juli dalam serangan yang diduga dilakukan oleh Israel.

Sebelum dipilih untuk memimpin biro politik kelompok perlawanan Palestina ini, Sinwar terpilih sebagai kepala gerakan di Jalur Gaza pada tahun 2017 dan terpilih kembali pada tahun 2021.

Israel menganggap Sinwar sebagai arsitek dari operasi serangan lintas batas “Banjir Al-Aqsa” pada 7 Oktober, yang menyebabkan kerugian manusia dan militer yang signifikan bagi Israel dan merusak reputasi layanan intelijen dan keamanan Israel di seluruh dunia.

Israel telah menyatakan bahwa menghilangkan Sinwar adalah salah satu tujuan utama dari perang saat ini terhadap Gaza.

Kekhawatiran meningkat tentang kemungkinan terjadinya perang regional berskala penuh setelah pembunuhan Haniyeh, selain pemimpin militer Hizbullah terkemuka, Fuad Shukr, yang tewas dalam serangan udara Israel di Beirut pada 30 Juli.

Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutal yang terus berlanjut terhadap Gaza sejak Oktober.

Hampir 40.000 orang Palestina telah terbunuh sejak saat itu, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 91.700 terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.

Lebih dari 10 bulan dalam perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza terhampar dalam reruntuhan di tengah blokade makanan, air bersih, dan obat-obatan yang melumpuhkan.

Israel dituduh melakukan genosida di Pengadilan Internasional (ICJ), yang memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militer di kota Rafah selatan, di mana lebih dari 1 juta orang Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum kota itu diserbu pada 6 Mei. 

sumber : Antara/Anadolu
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement