Sabtu 10 Aug 2024 17:40 WIB

11 Kondisi Sebenarnya Perekonomian Israel Akibat Perangi Gaza yang Ditutup-tutupi

Serangan 7 Oktober 2023 sangat berdampak negatif terhadap Israel

Warga Israel di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Israel, Ahad, 28 November 2021. Seperempat Yahudi Israel dilaporkan siap melakukan eksodus.
Foto: Ariel Schalit/AP Photo
Warga Israel di Bandara Ben Gurion dekat Tel Aviv, Israel, Ahad, 28 November 2021. Seperempat Yahudi Israel dilaporkan siap melakukan eksodus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Serangan 7 Oktober 2023 telah menimbulkan badai perekomonian di Israel. Krisis tersebut tidak akan banyak dipublikasikan negara Zionis itu.

Pusat Studi dan Konsultan Az-Zaitunah, mengemukakan beberapa kerugian di sektor perekonomian Israel  akibat memerangi Gaza, berikut rinciannya, sebagaimana dikutip dari Aljazeera, Sabtu (10/9/2024).

Baca Juga

Pertama, biaya perang membengkak

Biaya perang telah mencapai angka yang signifikan, dan diperkirakan total biaya perang di Gaza sejauh ini telah mencapai lebih dari 60 miliar dolar AS. Biaya ini meliputi  pengeluaran militer dan sipil yang mencakup persiapan militer, biaya logistik, dan rekonstruksi di daerah yang terkena dampak di dalam Israel.

Penulis studi tersebut, Dr Abdullah Al-Ghazzawi, menyatakan bahwa PDB Israel turun 1,4 persen pada kuartal pertama pada 2024 dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun sebelumnya, turun dari  420 miliar dolar AS menjadi  414 miliar dolar AS.

PDB per kapita turun 3,1 persen, dari 36  ribu dolar AS menjadi 34,9.000 dolar AS, yang mencerminkan besarnya dampak negatif perang terhadap perekonomian.

Kedua,  peringkat kredit Israel diturunkan dan nilai tukar shekel melemah

Moody's menurunkan peringkat kredit negara tersebut menjadi 'A2' dengan prospek negatif. Sementara itu, Standard & Poor's memperkirakan bahwa defisit pemerintah secara umum akan melebar menjadi 8 persen dari PDB pada 2024, dibandingkan dengan 5,5 persen pada 2023.

Baca juga: Jubir Al-Qassam Abu Ubaidah: Yahya Sinwar Resmi Dibaiat, Bukti Hamas Kuat Semakin Solid

 

Semua ini telah meningkatkan biaya pinjaman, dengan suku bunga obligasi pemerintah naik dari 3,5 persen menjadi 4,2 persen, menurut penelitian tersebut.

Shekel terdepresiasi ke level terendah terhadap dolar dalam delapan tahun terakhir, karena dolar bernilai 3,85 shekel pada awal 2024, tetapi naik menjadi 4,20 shekel pada akhir Juli 2024, sehingga meningkatkan biaya impor dan berdampak negatif pada harga domestik. Perubahan ini telah meningkatkan biaya utang negara sebesar 1,2 dolar miliar per tahun.

Ketiga...

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement