REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ardhasena Sopaheluwakan menjelaskan meskipun dapat menyebabkan peningkatan curah hujan, La Nina bukanlah penyebab kejadian banjir dan longsor. Pasalnya La Nina tidak memicu terjadinya cuaca ekstrem harian.
Dampak La Nina akan lebih dirasakan sebagai peningkatan frekuensi hari hujan dengan nilai curah hujan yang intensitasnya tidak ekstrem. Oleh karena itu, fenomena La Nina akan berdampak pada tanaman pertanian yang sensitif terhadap frekuensi hari hujan, seperti tanaman hortikultura (cabai, bawang) dan tembakau.
"Petani perlu mengantisipasi dengan kondisi ini," kata Ardhasena, Sabtu (10/8/2024).
Ardhasena mengatakan hingga awal Agustus 2024 (dasarian I), Samudra Pasifik masih menunjukkan fase netral ditunjukkan dengan indeks ENSO bernilai -0.01 yang mengindikasikan La Nina belum terjadi. Ia mengatakan kajian historis menunjukkan fenomena La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan di Indonesia hingga 40 persen, tergantung kepada intensitas La Nina yang terjadi.