Senin 12 Aug 2024 05:52 WIB

Cara Muslim Menentukan Arah Kiblat, dari Trigonometri Hingga Pakai GPS

Muslim abad pertengahan menggunakan trigonometri untuk menentukan kiblat.

Umat Islam menutup kepalanya dari terik matahari seusai seusai berlangsung peristiwa Rashdul Qiblah atau waktu matahari tepat di atas Ka bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Senin (27/5/2024). Pada momen yang terhadi pukul 12.18 waktu Arab Saudi tersebut seluruh benda yang berdiri tegak lurus akan sejajar dengan arah kiblat, hal tersebut berguna dan merupakan kesempatan bagi masyarakat yang ingin mengukur serta menegaskan kebenaran arah kiblat.
Foto: ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Umat Islam menutup kepalanya dari terik matahari seusai seusai berlangsung peristiwa Rashdul Qiblah atau waktu matahari tepat di atas Ka bah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Senin (27/5/2024). Pada momen yang terhadi pukul 12.18 waktu Arab Saudi tersebut seluruh benda yang berdiri tegak lurus akan sejajar dengan arah kiblat, hal tersebut berguna dan merupakan kesempatan bagi masyarakat yang ingin mengukur serta menegaskan kebenaran arah kiblat.

REPUBLIKA.CO.ID, Pengetahuan tentang arah kiblat merupakan hal penting bagi Muslim. Dengan mengetahui dimana arah kiblat, Muslim akan mengetahui kemana arah mereka menghadap saat menunaikan sholat. Karena menghadap kiblat yang berada di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, merupakan salah satu syarat sah ibadah yang masuk dalam rukun Islam yang lima. 

Seseorang mungkin dapat mudah menentukan kiblat manakala sholat di dalam masjid yang sudah mengidentifikasi arah kiblat. Masalah terjadi  jika tengah berada di alam bebas, dalam perjalanan atau tempat di mana tidak ada petunjuk arah kiblat, sulit untuk mengetahui arah kiblat yang tepat.

Baca Juga

Dalam posisi demikian, mengetahui bagaimana mencari kiblat akan menjadi keterampilan yang bermanfaat. Pengamatan yang tepat, serta kemampuan luar biasa mendapatkan solusi baru untuk menemukan kiblat, mungkin yang membuat ilmuwan Muslim menonjol di Abad Pertengahan. Tidak mengejutkan bagi mereka untuk menentukan kiblat ketika memulai perjalanan yang sulit.

Dalam artikel di laman About Islam,  Abdul-Lateef Balogun menuliskan bahwa Muslim di abad pertengahan bisa menemukan cara untuk menentukan arah kiblat di Makkah setiap saat dengan menggunakan trigonometri tingkat lanjut.

photo
Sejumlah siswa bersama guru mengukur arah kiblat saat gerakan Hari Sejuta Kiblat di Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Harapan Bangsa (HBS) Desa Kuta Padang, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Senin (27/5/2024). - (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Dengan itu, mereka akhirnya menemukan tabel kiblat abad pertengahan, yang memiliki tingkat akurasi yang tinggi. Namun, kecanggihan tabel ini, yang bahkan tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh ahli geografi Eropa saat itu, membatasi penggunaanya.

Instrumen populer lainnya yang digunakan untuk menentukan kiblat kemudian menjadi Astrolabe. Awalnya, Astrolabe digunakan oleh astronom, navigator, dan astrolog pada era klasik. Pada era Islam abad pertengahan, astrolab terutama digunakan untuk mempelajari astronomi, navigasi, survei, penentu waktu sholat, dan menentukan arah kiblat.

Dengan menambahkan tabel khusus ke tabel yang sudah ada di belakang astrolabe konvensional, hal itu memiliki fungsi tambahan untuk menemukan arah ke Makkah dan hasilnya kiblat. Seiring penyebaran Islam yang cepat, muncul permintaan akan instrumen yang lebih akurat dan lebih mudah untuk menentukan arah kiblat.

Cara dan alat yang lebih mudah untuk mencari kiblat diperlukan guna memenuhi kebutuhan populasi Muslim yang berkembang dan telah menyebar jauh di luar Jazirah Arab. Pada abad ke-13 Masehi, pengenalan kompas ke dunia Islam merevolusi seluruh proses pencarian kiblat.

 

Penggunaan kompas.. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement