REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un mengatakan negaranya tidak akan meminta bantuan asing untuk mengatasi dampak banjir besar di daerah perbatasan dengan Cina. Ia memerintahkan pejabat memindahkan ribuan pengungsi ke Pyongyang untuk mendapatkan layanan yang lebih baik.
Kim mengatakan butuh dua sampai tiga bulan untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur dan menstabilkan daerah yang terdampak banjir. Sampai saat itu pemerintahnya berencana mengakomodasi sekitar 15.400 orang, termasuk ibu, anak-anak, orang lanjut usia, dan tentara difabel ke fasilitas-fasilitas di ibu kota.
Pada Ahad (11/8/2024), kantor berita Korut, KCNA melaporkan pernyataan Kim disampaikan dalam kunjungan dua hari hingga Jumat (9/8/2024) ke barat daya Kota Uiju, untuk bertemu korban banjir dan membahas pemulihan bencana.
KCNA memberikan pujian berlebihan pada Kim dengan menyebut kunjungannya menunjukkan "kepemimpinan sakral" dan "cinta hangat" serta semangat mulia dalam memberikan pelayanan yang penuh pengabdian kepada rakyat."
Kantor berita pemerintah itu melaporkan hujan deras pada akhir Juli lalu menenggelamkan 4.100 rumah, 7.410 akre lahan pertanian dan sejumlah gedung pemerintahan, bangunan, jalanan dan rel kereta di barat laut Sinuiju kota tetangga Uiju.
Korut tidak mengungkapkan jumlah korban jiwa, tapi media pemerintah mengutip Kim yang menyalahkan pejabat yang mengabaikan pencegahan bencana hingga menimbulkan korban. Sekutu Korut, yakni Rusia dan Cina serta kelompok kemanusiaan internasional menawarkan pasokan bantuan ke Korut. Tapi Korut belum mengungkapkan akan menerima bantuan itu.
"Mengucapkan terima kasih kepada berbagai negara asing dan organisasi internasional atas tawaran dukungan kemanusiaan mereka, (Kim) mengatakan apa yang kami anggap sebagai yang terbaik dalam semua bidang dan proses urusan negara adalah kepercayaan yang teguh kepada rakyat dan cara menangani masalah secara menyeluruh berdasarkan kemandirian," kata KCNA.
Pekan sebelumnya Kim juga menyampaikan hal serupa setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menawarkan bantuan. Ia menyampaikan terima kasih ,tapi mengatakan Korut akan menetapkan rencana pemulihannya sendiri dan hanya meminta bantuan ke Moskow apabila nanti membutuhkan.
Korea Selatan (Korsel) juga menawarkan mengirim bantuan. Kemungkinan besar Korut tidak akan menerimanya. Ketegangan antara dua negara bertetangga itu semakin meningkat saat Korut melanjutkan ambisi nuklirnya dan Korsel memperluas latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
Pada 2022, Korut juga menolak bantuan Korsel untuk membantu mengatasi pandemi Covid-19. Dalam kunjungannya ke Uiju baru-baru ini, Kim mengulangi tuduhan Korsel membesar-besarkan kerusakan dan korban banjir di Korut yang dikecamnya sebagai "kampanye kotor" dan "provokasi besar" terhadap pemerintahannya.
Beberapa media Korsel melaporkan kerusakan banjir di Korut kemungkinan besar lebih buruk daripada yang diakui media pemerintah, dan jumlah korban jiwa bisa mencapai lebih dari 1.000 orang.