REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Ujang Komarudin menilai pergantian ketua umum di tubuh partai Golkar kerap terjadi pada saat masa jabatan masih berlangsung. Hal tersebut menurut Ujang merupakan bagian dari dinamika politik yang ada di dalam tubuh partai Golkar.
"Saya sendiri melihatnya sesuatu yang janggal, walaupun memang sesuatu yang biasa saja pergantian ketua umum baik dalam konteks murni, munas maupun dalam konteks munaslub," kata ujang saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin.
Ujang pun menyebut beberapa momen terjadinya pergantian ketua umum Partai Golkar sebelum masa jabatan habis. Beberapa contoh seperti pergantian Akbar Tanjung dengan Jusuf Kalla dan Setya Novanto yang digantikan Airlangga. Sekarang giliran Airlangga yang tiba-tiba secara resmi mengundurkan diri.
Ujang melanjutkan, selain karena adanya pergerakan di internal partai Golkar, dia yakin mundurnya Airlangga Hartarto juga berkaitan dengan momentum Pemilu 2024.