REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Angkatan Laut Amerika Serikat telah mengerahkan sekelompok kapal penyerang ke Mediterania Timur di tengah meningkatnya ketegangan di tengah persiapan Iran yang hendak menyerang Israel. Ancaman serangan tersebut terjadi sebagai upaya pembalasan terhadap pembunuhan komandan Hizbullah Fuad Shukr oleh Israel di Beirut dan pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.
AS menginstruksikan pengiriman kapal selam bertenaga nuklir ke Timur Tengah. Sekelompok penyerang kapal induk pun berlayar lebih cepat. Pengerahan tersebut menyusul seruan dari Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Ahad untuk mengantisipasi serangan balik Iran, dilansir dari Aljazeera.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Pentagon, Austin menegaskan kembali komitmen AS untuk mengambil setiap langkah yang mungkin dilakukan untuk membela Israel. Pentagon mencatat penguatan postur dan kemampuan kekuatan militer AS di seluruh Timur Tengah sehubungan dengan meningkatnya ketegangan regional.
Para pengamat khawatir bahwa pembalasan apa pun terhadap dua pembunuhan tersebut, baik dari Iran atau sekutunya Hizbullah, dapat memicu perang regional yang lebih luas dan berpotensi menarik dukungan AS terhadap sekutunya, Israel.
Pengerahan pasukan penyerang ini dilakukan pada saat para pengkritik pemerintah AS menyerukan pemerintah AS untuk menggunakan pengaruhnya untuk memaksakan gencatan senjata, demikian yang dilaporkan saluran berita AS, CNBC.
Presiden AS Joe Biden juga mengkritik tindakan perang di Gaza, menyebut operasi Israel di wilayah tersebut sebagai tindakan yang “berlebihan” pada bulan Februari, dan berulang kali mengatakan bahwa “terlalu banyak” warga sipil yang terbunuh. Namun, hal ini tidak menghasilkan upaya paksa untuk membuat Israel menghentikan serangannya terhadap Gaza, seperti larangan penjualan senjata, atau sanksi lainnya.
Banyak negara, termasuk Arab Saudi, Turki, Yordania dan sejumlah negara Barat, telah mendesak warganya untuk mengungsi dari Lebanon. Mereka khawatir negara tersebut akan diserang habis-habisan oleh Israel jika negara tersebut terkena serangan langsung. Pada saat yang sama, sejumlah maskapai penerbangan telah menangguhkan penerbangan ke Israel, Yordania, dan Lebanon.