Selasa 13 Aug 2024 12:01 WIB

Kenabian Rasulullah SAW Sebelum Wahyu Pertama

Ada pendapat tentang kenabian Rasulullah SAW sebelum wahyu pertama dari Jibril.

ILUSTRASI Rasulullah SAW.
Foto: dok publicdomainpictures
ILUSTRASI Rasulullah SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surah al-'Alaq ayat 1-3 merupakan ayat Alquran pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW. Surah itu disebut juga sebagai ayat Iqra karena mengandung perintah untuk membaca ('Bacalah dengan [menyebut] nama Tuhanmu Yang menciptakan').

Akan tetapi, ayat tersebut ternyata bukanlah wahyu yang pertama kali sampai kepada suami Khadijah binti Khuwailid itu. Seperti diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, 'Aisyah RA menuturkan, wahyu yang pertama kali diturunkan kepada Nabi SAW adalah mimpi yang baik (al-ru'ya al-shalihah) ketika beliau tidur.

Baca Juga

Berikutnya, pria berjulukan al-Amin itu diberikan oleh Allah rasa senang untuk melakukan perenungan atau menyendiri (tahannuts) di dalam Gua Hira. Demikianlah keadaannya, sampai kemudian Malaikat Jibril datang dengan membawa tiga ayat dari awal Surah al-'Alaq.

Adapun Imam al-Syaukani dalam Fath al-Qadir memberikan definisi yang lebih perinci. Seorang nabi adalah pria yang diberikan wahyu oleh Allah SWT melalui mimpi atau ilham. Sementara itu, seorang rasul adalah pria yang diberikan wahyu oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril.

Maka dari itu, Nabi Muhammad SAW ketika menerima Surah al-'Alaq di Gua Hira itu sudah berstatus sebagai seorang nabi. Kemudian, sejak turunnya ayat Iqra`, maka beliau berstatus sebagai rasul.

Pendapat tersebut diperkuat Imam al-Baihaqi. Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi seorang nabi pada Rabiul Awal berdasarkan wahyu yang diperolehnya melalui mimpi. Enam bulan kemudian, beliau menerima wahyu dalam keadaan terjaga di Gua Hira.

Imam Ibn Hajar al-'Asqalani menuturkan, wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa mimpi-mimpi berfungsi sebagai persiapan mental bagi beliau dalam menerima wahyu-wahyu berikutnya, yakni yang melalui Malaikat Jibril yang datang kepadanya dalam keadaan terjaga.

Buku Sirah Nabawiyah karya Syekh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri mengisahkan memgenai kepribadian Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi nabi. Rasulullah SAW memiliki kelebihan dibandingkan para pemuda sebayanya.

Beliau unggul dalam pemikiran dan pandangan yang lurus. Dirinya mendapatkan sanjungan luas karena kecerdasan dan ketepatannya dalam mengambil keputusan.

Nabi lebih suka diam lama-lama untuk mengamati, memusatkan pikiran dan menggali kebenaran. Beliau tidak pernah larut dalam perbuatan-perbuatan jahiliyah, termasuk membangga-banggakan asal kesukuan secara berlebihan, apatah lagi kemusyrikan.

Rasulullah SAW sebelum diangkat menjadi utusan Allah tidak mau meminum khamar. Tidak pula mau makan daging hewan yang disembelih untuk dipersembahkan kepada berhala. Tidak pernah menghadiri upacara atau pertemuan untuk menyembah patung-patung. Bahkan, semenjak kecil beliau senantiasa menghindari penyembahan yang batil ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement