Selasa 13 Aug 2024 14:07 WIB

Kisah Nabi Ibrahim dan Tobatnya Hamba Allah

Lelaki ini mendatangi Nabi Ibrahim dan bertanya, mungkinkah tobatnya diterima Allah.

ILUSTRASI Bertobat dan mengakui dosa-dosa
Foto: dok republika Thoudy Badai
ILUSTRASI Bertobat dan mengakui dosa-dosa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW pernah menuturkan suatu kisah yang terjadi pada zaman Nabi Ibrahim AS. Kala itu, ada seorang pendosa yang enggan bertobat.

Lelaki ini beranggapan, tobat tidak diperlukan. Sebab, dosa-dosanya sudah begitu besar. Ia merasa, mustahil dirinya diampuni Allah SWT.

Baca Juga

Hingga suatu hari, gempa bumi mengguncang kota tempat tinggalnya. Semua harta bendanya ludes. Rumahnya rata dengan tanah.

Hati kecil si pendosa ini bertanya-tanya, mungkinkah ini peringatan dari Tuhan agar ia segera bertobat?

Lama ia merenung. Namun, teguran hati kecilnya itu ditampiknya.

Lantas, lelaki ini memboyong seluruh anak dan istrinya untuk mengungsi. Sayangnya, musibah yang lain terjadi dan menimpanya.

Perahunya tenggelam bersama seluruh isinya. Tak ada yang tersisa kecuali sebuah panah, dirinya sendiri, dan seorang anak lelakinya yang masih kecil.

"Inikah peringatan Tuhan agar aku segera bertobat?" katanya bergumam pada diri sendiri.

Namun, ia bunuh lagi pikiran itu. Lelaki ini pun pamit pada anaknya untuk mencari hewan buruan. Seharian penuh, tetapi dirinya gagal mencari buruan.

Pada petang hari, ketika kembali, ia mendapati sesuatu bergerak-gerak di semak belukar. Segera lelaki itu melepaskan satu-satunya anak panahnya.

Alangkah terkejut ketika dirinya mengetahui, sasarannya ternyata adalah anaknya sendiri. Bocah itu tewas bersimbah darah.

"Inikah peringatan Tuhan agar aku segera bertobat?" pikirnya lagi.

Setelah tak menggubris isi hatinya sendiri, ia meninggalkan jasad anaknya. Ketika ia sedang beristirahat, tiba-tiba serombongan pasukan kerajaan melintas.

Mereka mencari seorang pembunuh. Begitu melihat dirinya memegang busur berlumuran darah, mereka pun menangkapnya karena mengira dialah yang buronan.

Dipotonglah kedua tangan dan kakinya.

Tragedi terakhir ini membuat ia yakin harus bertobat. Dengan kedua kaki dan tangan yang buntung, ia menghadap Ibrahim. "Wahai Nabiyullah, jika sekarang saya bertobat, masihkah Allah menerima pertobatan saya?"

Ibrahim bingung, sampai Allah memberi wahyu. Diterangkan bahwa Allah selalu menyayangi lelaki tersebut di sepanjang hidupnya. Berbagai tragedi yang menimpa dirinya adalah wujud dari kasih dan sayang-Nya.

Harta bendanya diambil karena dia tidak pernah bersedekah. Anak dan istrinya diambil karena mereka tak pernah dididik agama. Tangan dan kakinya diambil karena selalu digunakan untuk maksiat.

Semua yang diambil Allah itu kini tengah menunggu, asalkan dia tak terlambat bertobat. "Katakan pada dia, Ibrahim, pintu tobat-Ku selalu terbuka untuknya, asalkan dia tidak terlambat," kata Allah.

Ibrahim menceritakan wahyu tersebut dan sang pendosa pun menangis mendengarnya. Ia beristighfar dan bertobat, dan sejenak kemudian ia mati di pangkuan sang nabiyullah.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement