Selasa 13 Aug 2024 17:08 WIB

Nasihat Penting Sayyidina Ali bin Abi Thalib dan Syekh Abdul Qodir Jaelani

Jadilah engkau orang yang paling baik dalam pandangan Allah.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Memberi nasihat merupakan anjuran agama (ilustrasi).
Foto: Blogspot.com
Memberi nasihat merupakan anjuran agama (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni dalam bukunya Nashaihul Ibad menukil riwayat yang diriwayatkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu dan Syekh Abdul Qodir Jaelani. Riwayat tersebut menjelaskan cara terbaik memandang diri sendiri dan memandang orang lain.

Telah diriwayatkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiallahu anhu, "Jadilah engkau orang yang paling baik dalam pandangan Allah. Jadilah engkau orang yang paling hina dalam pandanganmu sendiri. Jadilah engkau orang yang sewajarnya dalam pandangan orang lain."

Baca Juga

Hal serupa juga disampaikan oleh Syekh Abdul Qodir Jaelani. Sebagaimana dijelaskan kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008.

"Jika kamu bertemu dengan orang yang lebih mulia dan lebih tinggi derajatnya daripada diri kamu, maka ucapkanlah bisa jadi orang itu lebih mulia dalam pandangan Allah daripada diriku."

"Jika kamu bertemu orang yang lebih muda, maka ucapkanlah anak ini belum pernah berbuat durhaka kepada Allah, sedangkan aku sudah berbuat durhaka, tentu saja anak ini lebih mulia daripada diriku."

"Jika bertemu dengan orang yang lebih tua, maka ucapkanlah orang ini telah sekian lama mengabdikan dirinya kepada Allah, bahkan sejak diriku belum lahir."

"Jika bertemu dengan orang yang lebih alim maka ucapkanlah orang ini dianugerahi ilmu oleh Allah yang belum pernah aku ketahui dan telah mendapatkan apa yang belum pernah aku dapatkan. Dia juga telah mengetahui sesuatu yang belum pernah aku ketahui dan juga telah beramal dengan ilmunya itu."

"Tapi jika bertemu dengan orang yang lebih bodoh, maka ucapkanlah orang ini berbuat durhaka kepada Allah karena belum mengetahuinya, sedangkan aku berbuat demikian justru telah mengetahuinya, aku juga tidak tahu bagaimana akhir hayatku nanti, begitu juga dengan akhir hayatnya."

"Jika bertemu dengan orang yang kafir maka katakanlah, saya tidak tahu pasti karena bisa jadi ia masuk Islam dan mati dalam keadaan khusnul khotimah. Begitu juga sebaliknya, bisa jadi aku yang berubah menjadi kafir dan mati dalam keadaan su'ul khotimah."

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement