Rabu 14 Aug 2024 18:54 WIB

Perang Besar Israel Berikutnya, Politisi Ekstrem Kanan, dan Supremasi Yahudi

Rezim Netanyahu adalah rezim yang haus perang

Red: Nashih Nashrullah
Tentara Israel dengan kendaraan tempur lapis baja mereka berkumpul di posisi dekat perbatasan dengan Jalur Gaza, di Israel selatan, (2/12/2023).
Foto:

Dengan kemarahan yang berani, Netanyahu menghapus semua anggapan bahwa warga sipil Palestina dibantai.

Hal ini terjadi meskipun jumlah korban gugur di wilayah padat penduduk itu mendekati angka 40 ribu jiwa. Memang, kematian warga sipil “praktis tidak ada,” dengan Israel yang sangat berhati-hati dalam “menyingkirkan warga sipil dari bahaya, sesuatu yang orang katakan tidak akan pernah bisa kami lakukan.”

Dengan Weltanschauung yang penuh dengan darah ini, tindakan-tindakan yang mengacaukan kestabilan menjadi hal yang otomatis.

Dengan menunjukkan penghinaan total terhadap sandera Israel, apalagi rasa kemanusiaan terhadap warga Palestina yang mereka anggap sangat rendah, pemerintah Netanyahu menganggap bijaksana untuk melakukan dua pembunuhan: terhadap kepala politik dan kepala negosiator Hamas, Ismail Haniyeh, dan seorang petinggi militer Hizbullah, Fuad Shukr, yang dibunuh dalam waktu dua puluh empat jam di Teheran dan Beirut, masing-masing dalam waktu dua puluh empat jam.