REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Buku I Am Sarahza karya penulis Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra akan diangkat ke layar lebar menjadi sebuah film. Buku I Am Sarahza diangkat dari kisah nyata perjuangan pasangan suami istri yang menginginkan kehadiran buah hati, namun diceritakan dari sudut pandang ruh yang belum terlahir ke dunia.
Rangga mengatakan, buku yang ditulis bersama sang istri adalah buku paling emosional yang pernah diproduksi. Bahkan ketika membaca buku itu lagi, ia tidak tahan dan menangis.
"Ketika menulis menjadi script (film) pun merasakan hal yang sama tapi memang ketika kami menulis script itu, kami memutuskan bahwa ini bukan lagi menceritakan tentang Hanum dan Rangga tapi tentang pasangan-pasangan yang sedang berjuang tapi diceritakan dari perspektif ruh yang ada di alam rahim itu," kata Rangga dalam acara Islamic Book Fair (IBF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Rabu (14/8/2024).
Rangga mengaku, ingin siapa pun yang menonton film I Am Sarahza bisa jadi ingin memeluk ibunya. Tidak hanya itu, seseorang juga menjadi ingin memeluk anaknya dan yang lebih penting ingin menghargai kehidupan.
Menurut dosen UGM tersebut, saat ini, film di Indonesia didominasi genre horor. Banyak juga yang mengaitkan dengan horor religi. Untuk itu, ia dan Hanum mencoba membuat film yang memiliki antitesis berbeda dengan kebanyakan.
"Kebanyakan film horor menceritakan tentang kehidupan setelah kematian, tapi kami menariknya itu dari cerita kehidupan sebelum kehidupan, jadi bukan film horor yang gelap, darah dan ruh yang gentayangan, tapi ini yang sangat hangat, membuat siapapun jadi lebih menghargai kehidupan itu yang sebetulnya sedang kami buat dalam skrip ini," ujar Rangga.
Dia berharap, pesan dalam buku dan film I Am Sarahza bisa tersampaikan kepada penonton dengan baik. Dengan begitu, mereka bisa lebih menghargai kehidupan yang diberikan Sang Pencipta kepada semua.
Di tempat yang sama, Hanum Salsabiela menyampaikan, film tersebut bisa tayang pada 2025 atau paling akhir tahun 2024. Mudah-mudahan, sambung dia, nantinya siapa pun yang membaca bukunya dan menonton filmnya, dapat lebih menghargai tentang apa yang sudah diamanahkan Allah, yakni hadirnya sebuah anak dalam keluarga.
"Bagi mereka yang gampang diberi itu (anak) juga lebih memahami bahwa di luar sana banyak sekali jutaan orang yang datang ke dokter untuk mendapatkan hadiah (anak dari Allah) sampai mengorbankan segala-galanya," ujar Hanum.
Dia mengaku, sebenarnya sudah tujuh kali mencoba memperjuangkan untuk mendapat buah hati lewat bayi tabung. Baru setelah itu ia diberi rezeki oleh Allah SWT untuk melahirkan sang buah hati.
Menurut Hanum, diharapkan lewat buku dan film I Am Sarahza, mereka yang tidak dalam keadaan sempurna untuk mendapatkan keturunan pun juga akan terus merasa bahwa ia tidak sendiri. Banyak sekali orang di sana yang juga berjuang, berupaya dan berikhtiar untuk mendapatkan buah hati.
"Dan itu tadi saya pikir doa dan ikhtiar apapun kita yakin bahwa Allah tidak akan tidak mengabulkan doa hamba-hamba-Nya yang tulus selalu berdoa dan selalu berusaha," ujar putri Pahlawan Reformasi Amien Rais tersebut.
Hanum menambahkan, kisah dalam buku I Am Sarahza juga didasarkan pada sebuah buku karya Ibnu Al-Jauziyyah tentang ruh. Sesungguhnya di lauhulmahfudz ada ruh yang antre untuk dikirim ke dunia fana ini.
"Kalau ada peribahasa di mana ada kehidupan ada harapan, kita balik di mana ada harapan orang tua yang berharap yang terus berikhtiar dan berdoa kalau dia sungguh-sungguh, di Lauhulmahfudz sana ada ruh yang terus hidup," ujar Hanum.