Kamis 15 Aug 2024 10:45 WIB

Menyoroti Fenomena Sosial di Tanah Air dengan Teori Komunikasi

Mulyana menyatakan beragam peristiwa aktual di masyarakat saat ini dapat dibedah dengan menggunakan teori-teori komunikasi.

Rep: Tim Cari Cuan/ Red: Partner
.
Foto: network /Tim Cari Cuan
.

Suasana Diskusi buku Teori-teori<a href= Komunikasi Aplikasi Prakstis di Auditorium Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran,Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Rabu (14/8/2024). (Foto: Yogi Ardhi/Republika Network)" />
Suasana Diskusi buku Teori-teori Komunikasi Aplikasi Prakstis di Auditorium Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran,Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Rabu (14/8/2024). (Foto: Yogi Ardhi/Republika Network)

SUMEDANG – Guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Deddy Mulyana menghimbau akademisi komunikasi di Indonesia menghidupkan kembali tradisi menulis buku. Menurutnya, obsesi atas publikasi di jurnal-jurnal terindeks Scopus sangat khas di negara-negara berkembang, berbeda dengan apa yang dikembangkan oleh akademisi di negara maju.

“Di Indonesia ini agak aneh, Scopus menjadi primadona. Kondisi ini menjadi standar negara-negara berkembang,” ujarnya dalam acara bedah buku karya terbarunya bertajuk “Teori-teori Komunikasi, Aplikasi Praktis” di Auditorium Fakultas Ilmu Komunikasi-Universitas Padjadjaran, Jatinangor-Sumedang, Rabu (14/8).

Mulyana mengakui saat ini ada alasan struktural yang mengakibatkan turunnya minat para akademisi menulis buku. Dia menemukan sejumlah perguruan tinggi memberikan poin kinerja dosen lebih rendah untuk publikasi buku dibandingkan publikasi di jurnal terindeks Scopus.

Dibandingkan dengan di Indonesia, lanjutnya, kriteria kualitas dosen di AS lebih holistik. Di sana, kriteria kualitas dosen terlihat dari tingkat kerajinan dalam mengajar, pendekatan mengajar yang menarik, dan publikasi yang salah satunya berupa buku. Menulis buku sangat penting sebagai karya ilmiah.