Kamis 15 Aug 2024 13:00 WIB

Kebakaran Hutan Kian Masif Akibat Perubahan Iklim

Frekuensi dan intensitas karhutla meningkat dua kali lipat.

Rep: Lintar Satria / Red: Satria K Yudha
Pemadam berusaha memadamkan api saat terjadi kebakaran di Athena utara, Senin (12/8/2024).
Foto: AP Photo/Aggelos Barai
Pemadam berusaha memadamkan api saat terjadi kebakaran di Athena utara, Senin (12/8/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Penelitian mengungkapkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang semakin sering dan intensif pada tahun 2023 dan 2024 meningkatkan karbon dioksida yang naik ke atmosfer. Karhutla antara Maret 2023 sampai Februari 2024 menghasilkan 8,6 juta ton karbon dioksida atau 16 persen di atas rata-rata.

Dikutip dari Daily Sabah, Kamis (15/8/2024) kesimpulan ini berdasarkan penelitian "State of Wildfire" yang diterbitkan di jurnal Earth System Science Data. Penelitian yang digelar University of East Anglia dan lembaga lain yang berbasis di Inggris ini bertujuan untuk memperbaharui data tahunan. Emisi yang dihasilkan karhutla di Kanada sembilan kali lebih besar dibandingkan rata-rata dua dekade terakhir. Karhutla itu berkontribusi pada hampir seperempat total emisi global.

Baca Juga

Di Kanada saja, karhutla memaksa 230 ribu orang dievakuasi dan delapan pemadam kebakaran kehilangan nyawa mereka. Pada periode 2023 dan 2023 daerah lain seperti di Amazon di wilayah Brasil, Bolivia, Peru dan Venezuela serta Hawaii dan Yunani juga dilanda karhutla besar.

"Kebakaran tahun lalu menewaskan banyak orang, menghancurkan rumah-rumah dan infrastruktur, menyebabkan masyarakat dievakuasi, mengancam mata pencaharian dan merusak ekosistem penting," kata penulis utama penelitian ini Matthew Jones dari University of East Anglia.