REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar duka datang dari Semarang, Jawa Tengah. Dokter dengan inisial ARL, yang juga peserta didik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, diduga mengakhiri hidupnya. Ia ditengarai bunuh diri karena depresi dan mengalami perundungan dari seniornya saat menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi di RSUP Dr Kariadi.
Dalam perspektif Islam, agama ini melarang kaum Muslimin bunuh diri. Seperti halnya menghilangkan nyawa orang lain, mengakhiri hidup diri sendiri pun termasuk perbuatan aniaya.
Dalil yang melarang bunuh diri, antara lain, adalah Alquran surah an-Nisa ayat ke-29. Allah berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا لَا تَاۡكُلُوۡۤا اَمۡوَالَـكُمۡ بَيۡنَكُمۡ بِالۡبَاطِلِ اِلَّاۤ اَنۡ تَكُوۡنَ تِجَارَةً عَنۡ تَرَاضٍ مِّنۡكُمۡ ۚ وَلَا تَقۡتُلُوۡۤا اَنۡـفُسَكُمۡؕ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ بِكُمۡ رَحِيۡمًا
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu."
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari jalur Tsabit bin Adh Dhohhak, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula” (HR Bukhari dan Muslim).
Depresi acap kali dikaitkan sebagai motif orang melakukan bunuh diri. Islam menegaskan, pelbagai kejadian dalam kehidupan tidak semestinya direspons dengan pesimisme mutlak.
Banyak ayat dalam Alquran yang mengajak manusia agar terus menjaga optimisme dalam kehidupan. Sikap putus asa hanya mengantarkan mereka pada ilusi ketidakberdayaan dan kehancuran.
وَلَا تَهِنُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَاَنۡتُمُ الۡاَعۡلَوۡنَ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ
"Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman" (QS Ali Imran: 139).
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفۡسًا اِلَّا وُسۡعَهَا ؕ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَعَلَيۡهَا مَا اكۡتَسَبَتۡؕ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذۡنَاۤ اِنۡ نَّسِيۡنَاۤ اَوۡ اَخۡطَاۡنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحۡمِلۡ عَلَيۡنَاۤ اِصۡرًا كَمَا حَمَلۡتَهٗ عَلَى الَّذِيۡنَ مِنۡ قَبۡلِنَا ۚرَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلۡنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖ ۚ وَاعۡفُ عَنَّا وَاغۡفِرۡ لَنَا وَارۡحَمۡنَا ۚ اَنۡتَ مَوۡلٰٮنَا فَانۡصُرۡنَا عَلَى الۡقَوۡمِ الۡكٰفِرِيۡنَ
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), 'Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir'" (QS al-Baqarah: 286).
فَاِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا
اِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا ؕ
"Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan" (QS al-Insyirah: 5-6).