REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Analisa terbaru UNICEF menemukan satu dari lima anak atau 466 juta anak tinggal di daerah yang mengalami jumlah hari sangat panas naik dua kali lipat setiap tahunnya dibandingkan dengan generasi kakek-nenek mereka. Analisa ini diambil berdasarkan perbandingan rata-rata jumlah hari sangat panas pada tahun 1960-an dengan 2020 sampai 2024.
Hari sangat panas didefinisikan hari yang suhunya di atas 35 derajat Celsius. Analisa UNICEF mengungkapkan perubahan iklim mempercepat dan meningkatkan skala hari-hari sangat panas yang melanda anak-anak di seluruh dunia yang sebagian besar tidak memiliki infrastruktur atau layanan untuk mengatasinya.
“Hari-hari musim panas terpanas sekarang tampak normal, suhu panas yang ekstrem semakin meningkat, mengganggu kesehatan, kesejahteraan, dan rutinitas harian anak-anak,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell seperti dikutip dari situs resmi PBB, Kamis (15/8/2024).
Analisa ini juga memeriksa data tingkat negara dan menemukan anak-anak di 16 negara terpapar hari sangat panas satu bulan lebih banyak dibandingkan enam dekade yang lalu. Di Sudan Selatan, misalnya, pada dekade ini rata-rata anak-anak mengalami hari sangat panas 165 hari, jauh lebih banyak dibandingkan pada tahun 1960-an yang hanya 110 hari, sementara di Paraguay, angka tersebut melonjak dari 36 hari menjadi 71 hari.
Di tingkat global, anak-anak di Afrika Barat dan Tengah menghadapi paparan tertinggi hari sangat panas dan peningkatan paling signifikan dari waktu ke waktu. Sebanyak 123 juta anak atau 39 persen anak-anak di wilayah tersebut mengalami setidaknya 95 hari suhu di atas 35 derajat Celcius. Sekitar 212 hari di Mali, 202 hari di Nigeria, 198 hari di Senegal, dan 195 hari di Sudan. Di Amerika Latin dan Karibia, hampir 48 juta anak tinggal di daerah yang jumlah hari sangat panasnya naik dua kali lipat.
Paparan panas ekstrem pada tubuh menimbulkan berbagai ancaman bagi kesehatan dan kesejahteraan anak-anak dan wanita hamil, terutama jika tidak ada langkah untuk mengatasinya. Panas berlebihan pada tubuh dikaitkan dengan komplikasi kehamilan seperti penyakit kronis selama kehamilan dan hasil kelahiran yang buruk termasuk kelahiran prematur dan kematian atau mempengaruhi berat badan bayi saat kelahiran.
Paanas yang berlebihan juga berkontribusi pada malnutrisi pada anak, penyakit tidak menular seperti penyakit yang berhubungan dengan panas, dan membuat anak-anak lebih rentan terhadap penyakit menular yang menyebar dalam suhu tinggi seperti malaria dan demam berdarah. Bukti menunjukkan panas ekstrem juga berdampak pada perkembangan saraf, kesehatan mental, dan kesejahteraan anak.
Panas ekstrem juga memiliki dampak yang lebih mengkhawatirkan ketika dialami dalam jangka waktu yang lebih lama. Meskipun data menunjukkan hampir semua negara mengalami peningkatan suhu, analisa UNICEF menunjukkan anak-anak terpapar gelombang panas yang lebih parah, lebih lama, dan lebih sering.
Di 100 negara, lebih dari separuh anak-anak mengalami gelombang panas dua kali lebih banyak dibandingkan 60 tahun yang lalu. Di Amerika Serikat, misalnya, 36 juta anak terpapar gelombang panas dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan 60 tahun yang lalu, dan 5,7 juta anak terpapar gelombang panas tiga kali lipat lebih banyak.