Jumat 16 Aug 2024 08:00 WIB

Mencari Pesaing BSI yang Sepadan

Sejak BSI lahir, belum ada lagi aksi signifikan dalam ekosistem keuangan syariah.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Suasana gedung Bank Syariah Indonesia di Jakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Suasana gedung Bank Syariah Indonesia di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Prospek bisnis perbankan syariah tahun ini dapat terdongkrak dengan adanya konsolidasi yang terjadi antara bank syariah dan unit usaha syariah (UUS). Dalam beberapa tahun terakhir, praktis upaya merger tiga bank syariah anak usaha BUMN menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI) merupakan aksi konsolidasi terbesar sekaligus menata kembali kedudukan bank syariah dalam pasar perbankan di Indonesia.

Akan tetapi, sejak BSI lahir pada 1 Februari 2021, belum ada lagi aksi signifikan dalam ekosistem keuangan syariah yang dapat menyainginya. Salah satu rencana konsolidasi besar yang beredar yakni akuisisi Bank Muamalat oleh BTN untuk digabung dengan BTN Syariah. Sayangnya, rencana itu telah terkonfirmasi batal.

Baca Juga

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN Nixon LP Napitupulu. "Pada dasarnya kami tetap harus menjaga kesepakatan bersama mereka (Bank Muamalat). Tapi, secara umum kami sampaikan kepada pemegang saham baik Pak Menteri (Menteri BUMN Erick Thohir) dan Wamen (Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo) dan kami sudah menyampaikan ke OJK tapi belum kami sampaikan di keterbukaan informasi bahwa kami tidak akan meneruskan akuisisi Bank Muamalat dengan berbagai alasan yang tidak bisa kami sampaikan," ujar Nixon dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI yang diikuti secara daring, Senin (8/7/2024).

Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) tetap mendukung penuh upaya konsolidasi perbankan syariah. Terlebih, konsolidasi sudah menjadi tren dunia dalam sedekade terakhir, seperti terjadi di negara-negara Timur Tengah.