REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saban tahun Presiden Joko Widodo (Jokowi) selalu mengenakan pakaian adat berbeda-beda ketika menghadiri Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI. Tahun ini, Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat bangsawan Betawi, apakah ada pesan tersembunyi yang hendak disampaikannya lewat baju adat yang dikenal dengan nama Ujung Serong tersebut?
Deputi II Kepala Staf Kepresidenan, Abetnego Tarigan, menjelaskan, pakaian adat Betawi yang dikenakan Presiden Jokowi merupakan simbol terima kasih presiden kelahiran Solo tersebut terhadap Jakarta yang sebagai ibu kota dalam pidato kenegaraan terakhirnya. Tahun ini masa pengabdian Jokowi sebagai Presiden habis setelah 10 tahun atau dua periode menjabat sebagai kepala negara.
"Presiden memaknai pakaian adat Betawi sebagai simbol terima kasih untuk Kota Jakarta yang sudah resmi menjadi Ibu Kota sejak tahun 1966," kata Abetnego, lewat siaran pers, Jumat (16/8/2024).
Pakaian Ujung Serong yang dipilih Presiden Jokowi juga mencerminkan nilai-nilai kesopanan, ketaatan terhadap agama, kekuatan, dan kebijaksanaan. Nilai-nilai tersebut, kata Abetnego, disimbolkan dari warna dan motif yang tegas dan berani, serta kebijaksanaan yang sangat dihormati dalam budaya Betawi.
"Betawi merepresentasikan wajah Indonesia, jauh sebelum Indonesia merdeka, mengenai akulturasi yang kuat dari berbagai suku bangsa di Indonesia," kata dia.
Seperti diketahui, karier politik Presiden Jokowi dimulai sebagai Wali Kota Solo. Setelah 7 tahun menjadi orang nomor satu di Surakarta, Jokowi melanjutkan pengabdiannya menjadi Gubernur DKI Jakarta setelah terpilih pada Pilgub DKI 2012 bersama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Baru dua tahun menjabat, Jokowi maju dalam Pilpres 2014 dan terpilih menjadi Presiden ke-7 RI bersama Jusuf Kalla sebagai Wapres. Pada 2019 Jokowi yang berpasangan dengan KH Maruf Amin kembali memenangkan Pilpres dan melanjutkan pemerintahan periode keduanya.