REPUBLIKA.CO.ID, BADUI - Tim keperawatan dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) bersama bidan desa mengadakan kegiatan praktik posyandu keliling di wilayah Badui, Kabupaten Lebak. Posyandu keliling ini dilakukan untuk mencegah stunting sebab adanya keterbatasan partisipasi dari para warganya, sehingga bidan sebagai petugas posyandu harus aktif bergerak mendatangi balita dan ibu hamil.
Ketua Tim Pengabdian Masyarakat FIK UI, Dessie Wanda mengatakan, kegiatan posyandu keliling ini mengukur antropometri yaitu pengukuran berat badan, tinggi atau panjang badan balita. Menurut dia, pengukuran antropometri di komunitas seperti ini merupakan ujung tonggak dari ketepatan data apakah anak dinyatakan stunting atau tidak.
"Data-data yang didapatkan dari pemeriksaan di posyandu atau door to door secara langsung itulah yang dilaporkan menjadi data ada tidaknya stunting di suatu wilayah. Oleh sebab itu penting untuk terus didampingi dan dipastikan bahwa pengukuran antropometri yang dilakukan pada para balita sudah tepat," kata Dessie Wanda dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id pada Sabtu (17/8/2024).
Dessie mengatakan, bidan harus berjalan dari satu kampung ke kampung-kampung lainnya untuk dapat menjangkau peserta posyandu lebih banyak. Menurut dia, jarak antara titik kumpul pemeriksaan posyandu ditempuh tidaklah pendek dan semua itu ditempuh dengan jalan kaki.
Dia mendata, peralatan-peralatan seperti timbangan, alat ukur tinggi badan, alat ukur panjang badan, dan alat-alat pemeriksaan serta obat-obatan lainnya turut dibawa dari satu titik pos pelayanan ke titik lainnya. Total semua titik posyandu ada empat, terkadang di empat titik tersebut bidan masih harus mengunjungi satu rumah ke rumah lainnya dikarenakan ibu hamil tidak mau mendatangi pos
Program yang semula ditujukan untuk kader kesehatan ini pada akhirnya disesuaikan untuk para bidan dikarenakan kebijakan adat setempat sedang tidak mengizinkan kader kesehatan ada di perkampungan Badui. Kendati begitu, pendampingan kegiatan posyandu ini disambut hangat oleh tenaga kesehatan di puskesmas.
"Saya sangat bersyukur atas kehadiran tim dari FIK UI di bulan ini, dimana ini adalah bulan pertama saya bekerja sendiri sejak ada keputusan adat yang tidak mengizinkan adanya istilah kader untuk kegiatan posyandu lagi. Sehingga adanya teman-teman dari UI ini saya tidak kewalahan mengerjakan semuanya sendiri", kata Bidan Tika selaku tenaga kesehatan yang menjalankan kegiatan posyandu di wilayah Bungur 1, Badui.
Kegiatan posyandu kali ini juga lebih sibuk lantaran bersamaan dengan pemberian vitamin A dan imunisasi polio. Bidan Tika bertugas untuk pemberian vitamin dan imunisasi. Tim Departemen Keperawatan Anak FIK UI fokus bertugas melakukan pengukuran antropometri yang tepat hingga melakukan plotting status gizi dan menyegarkan kembali apa itu sebenarnya stunting kepada ibu-ibu Badui. Sedangkan kegiatan pemeriksaan kehamilan ibu dilakukan dari Departemen Keperawatan Maternitas FIK UI dan Bidan Tika.
Dessie mengaku posyandu keliling seperti ini memang tugas yang menantang di desa adat seperti Badui. Namun perjuangan kesehatan yang merata perlu terus untuk dilakukan.
"Adanya kolaborasi kegiatan dan dukungan banyak pihak ke wilayah seperti ini, memberikan dampak penting bagi tenaga kesehatan setempat dan peningkatan status kesehatan masyarakatnya," tukasnya.