Ahad 18 Aug 2024 08:52 WIB

Kisah Tuanku Tambusai, Ulama Penghancur Benteng Belanda

Tuanku Tambusai diberi gelar pahlawan nasional pada 1995.

Tuanku Tambusai
Foto: rokanhulukab.go.id
Tuanku Tambusai

REPUBLIKA.CO.ID, Melihat sepak terjang dan riwayat kehebatan Tuanku Tambusai , julukan "Harimau Padri dari Rokan" (De Padrische Tijger Va Rokan) yang diberikan oleh Belanda tidaklah berlebihan. Tokoh yang memiliki nama kecil Muhammad Saleh ini layak menyandang sebutan itu.

Kemenangan demi kemenangan yang berhasil dicapai oleh pejuang kelahiran Dalu-dalu, Nagari Tambusai, Rokan Hulu, Riau, 5 November 1784, ini benar-benar membuat Belanda terpukul.   

Baca Juga

Kemampuan Tambusai  mengatur strategi perlawanan di medan perang membuat pasukan Belanda keteteran.Serangan demi serangan yang dilancarkan Belanda di utara Sumatra Barat terpaksa gagal. Belanda mesti meminta bantuan ke Batavia berkali-kali. 

Meski menerima kiriman pasukan dari Batavia yang sekarang Jakarta, kerugian material dari pihak Belanda tidak bisa terelakkan akibat perlawaan pejuang pribumi pimpinan Tambusai.

Benteng Belanda Fort Amerongen, sebagai basis kekuatan Belanda, ini berhasil dihancurkan. Padahal, benteng tersebut pusat pergerakan dan komunikasi Belanda di Sumatra Barat.

Tak terhenti di situ, kemenangan gemilang berhasil ditorehkan melalui semangat juang yang tinggi. Pasukan Tambusai sukses menyerang pos-pos militer Belanda di Tapanuli. Tepat pada 1835, para pejuang tersebut berhasil mengepung Belanda di Rau dan Lubuk Sikaping, Sumatra Barat, dan berhasil merampas sebagia senjata dari pihak Belanda.

Tidak hanya piawai mengatur siasat perang, Tambusai  dikenal pula sebagai ahli agama. Ia mendapat gelar tuanku karena kepakarannya dalam bidang agama.  Dengan gelar itu, ia ditugasi sebagai Panglima Padri di Rao. Ia termasuk satu dari empat padri yang berangkat ke Makkah pada 1820-an untuk belajar.   

Sebagai tokoh padri, penampilannya tak selalu dengan baju putih dan tidak pula memelihara janggut sebagaimana padri-padri lainnya. Ia merupakan ancaman yang cukup serius bagi Belanda.

Perannya mengurangi tekanan Belanda terhadap pertahanan utama padri di Bonjol sangat besar. Menghadapi kekalahan telak, tak membuat Belanda menyerah. Mereka mengatur strategi agar dapat menangkap Harimau dari Rokan itu.

Belanda memutuskan menyerang Dalu-Dalu sebagai tempat kelahiran Muhammad Saleh sekaligus pusat pertahanan pasukannya. Serangan dilakukan secara mendadak saaat kekuatan personel sedang tidak lengkap. Serangan tersebut berhasil pada gelombang kedua, tepatnya pada 28 Desember 1838. Banyak pejuang gugur di medan perang.

Tuanku Tambusai memutuskan mundur dan mengungsi ke Malaysia untuk mengatur strategi balasan. Belum terealisasi rencana itu, Tuhan berkehendak lain. Ajal menjemput Tuanku Tambusai pada 12 November 1882, di usia 98 tahun. Ia dimakamkan di Rasah, Malaysia.

Atas jasa-jasanya kepada negara, Tuanku Tambusai diberi gelar pahlawan nasional melalui SK Presiden Republik Indonesia No 071/TK/Tahun 1995, 7 Agustus 1995. 

 

Didikan keras dari ayah...Baca halaman selanjutnya..

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement