Senin 19 Aug 2024 10:22 WIB

Hikmah Reshuffle Pejabat di Zaman Pemerintahan Umar bin Khattab

Umar bin Khattab pernah melakukan reshuffle pejabatnya.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Umar bin Khattab (ilustrasi). Teladan dari kepemimpinan Umar bin Khattab yang melarang anak-anaknya menjadi kepala negara.
Foto: Republika
Umar bin Khattab (ilustrasi). Teladan dari kepemimpinan Umar bin Khattab yang melarang anak-anaknya menjadi kepala negara.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Khalid bin Walid merupakan seorang panglima perang terkenal dalam sejarah Islam yang dijuluki "Pedang Allah yang Terhunus" (Saifullah al-Maslul). Ia lahir sekitar tahun 592 M di Makkah. Khalid bin Walid dikenal sebagai ahli strategi militer yang brilian dan salah satu komandan paling sukses dalam sejarah peperangan Islam.

Sebelum memeluk Islam, Khalid bin Walid adalah musuh kaum Muslimin dan turut serta dalam Pertempuran Uhud di mana ia berperan dalam mengubah jalannya pertempuran yang menyebabkan kekalahan sementara bagi kaum Muslimin. Namun, setelah memeluk Islam pada tahun 629 M, ia menjadi salah satu panglima yang paling penting dalam penyebaran Islam.

Baca Juga

Dalam buku Kuliah Tauhid karya Muhammad Imaduddin Abdulrahim dikisahkan bahwa Khalid adalah seorang panglima perang yang belum pernah terkalahkan di setiap pertempuran yang dipimpinnya. Saat menghadapi Parsi, Iraq, dan lain sebagainya, Khalid selalu ditakdirkan menang oleh Allah, sehingga prajuritnya pun mulai memujinya dan memujanya.

Bahkan, orang-orang membuat banyak syair dan lagu untuk memuji kepahlawannya yang masyhur itu. Namun, saat Khalid sedang menyusun strategi untuk mengempur Byzantium atau Romawi Timur, datanglah surat perintah agar Khalid menyerahkan jabatannya kepada Abdullah bin Ubaid.

Khalid yang sedang memimpin rapat tentu tidak langsung membacakan surat perintah dari Khalifah Umar itu. Dengan perhitungan bahwa kalau ia menyerahkan jabatan tersebut saat sedang rapat untuk menyerang Byzantium, maka akan terjadi kekacauan.

Karena itu, ia menyelesaikan rapat tersebut terlebih dahulu. Setelah usul-usulnya diterima dan menjelaskan cara menyerang Byzanitum, baru lah Khalid menyerahkan jabatannya sebagai panglima perang kepada Abdullah bin Ubaid.

Setelah mundur dari jabatannya, Khalid kemudian kembali ke Madinah untuk melapor kepada Khalifah Umat bahwa perintahnya sudah dilaksanakan. Setelah itu, Khalid meminta penjelasan lebih jauh kepada Umar terkait pemecatan dirinya tersebut. Karena, ia khawatir ada kekeliruan yang diperbuatnya selama memimpin perang.

Khalid memang mempunyai kelemahan di bidang tata administrasi dan pembukuan. Kendati demikian, Khalid sendiri meyakini bahwa tidak pernah keliru dalam perhitungan-perhitungan keuangan dari dana perjuangan itu.

Namun, Umar menegaskan bahwa masalahnya bukan karena itu. “Itu soal yang bisa dimaafkan,” kata Umar menjelaskan kepada Khalid.  “Tetapi sebagai khalifah aku bertanggung jawab atas akidah umat. Engkau adalah pahlawan perkasa yang tak dapat dikalahkan di setiap medan pertempuran. Tapi, akibatnya rakyat mulai menyanyikan lagu pujian untukmu, dan tidak lagi memuji dan memuja Allah semata. Aku khawatir mereka menjadi syirik. Sebagai penanggung jawab aku harus membuktikan kepada seluruh umat, bahwa semata sebagai hamba Allah aku mampu memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang yang masyhur,” jelas Umar panjang lebar.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement