REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan RI mengimbau masyarakat mewaspadai penularan virus Mpox (MPXV). Plh Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, dr Yudhi Pramono, mengatakan penularan penyakit ini dapat melalui kontak erat dengan cairan tubuh atau lesi kulit orang yang terinfeksi atau kontak tidak langsung pada benda yang terkontaminasi dan droplet.
Yudhi menjelaskan, penyakit Mpox dapat menyebar melalui kontak langsung kulit ke kulit atau membran mukosa termasuk asat melakukan kontak seksual. Adapun penularan droplet biasanya membutuhkan kontak erat yang lama, sehingga anggota keluarga yang tinggal serumah atau kontak erat dengan kasus berisiko lebih besar untuk tertular.
“Kepada masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, menerapkan perilaku seksual yang sehat seperti tidak gonta ganti pasangan atau perilaku seks sesama jenis,” kata Yudhi dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (19/8/2024).
Berdasarkan laporan “Technical Report Mpox di Indonesia Tahun 2023” yang diterbitkan Kemenkes pada 2024, gejala Mpox pada kasus konfirmasi yang paling banyak dilaporkan antara lain lesi, diikuti oleh demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening (limfadenopati). “Jika bergejala Mpox seperti yang disebutkan di atas, segera kunjungi dokter di fasilitas kesehatan terdekat,” kata Yudhi.
Menurut Yudhi, durasi kesembuhan pasien Mpox bervariasi mulai dari dua hingga empat pekan. Lalu periode lama sakit paling singkat adalah 14 hari dari timbulnya gejala pertama.
Dari sisi pencegahan dan perawatan pasien Mpox, Kemenkes telah mengupayakan pemenuhan vaksin dan obat-obatan termasuk antibiotik. Sebagian besar kasus Mpox di Indonesia diberikan terapi suportif dan simtomatis. Kasus tersebut dilakukan perawatan dan isolasi, baik di rumah sakit maupun isolasi mandiri.
Merespons status darurat kesehatan Mpox, Yudhi juga mengimbau masyarakat, terutama para pelaku perjalanan, untuk tetap waspada dan menghindari bepergian ke negara-negara yang terjangkit Mpox terutama Afrika. Republik Demokratik Kongo menjadi negara di Afrika yang memiliki jumlah kasus Mpox tertinggi, yaitu menyumbang sekitar 96 persen dari total kasus di benua tersebut. Sementara itu, menurut WHO, Swedia menjadi negara pertama di luar Afrika yang mengonfirmasi Mpox berjenis Clade IB pada seseorang dengan riwayat perjalanan ke Afrika tengah. Clade I dianggap lebih parah dan menular dibanding MPVX Clade II.