REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kalyana Shira Films tengah memproduksi film terbarunya, sebuah dokumenter mengenai sosok ikonis Raminten, tokoh asal Jawa berkebaya tradisional lengkap dengan kain batik dan sanggul yang selalu tampil elegan dengan kacamata khasnya. Sebagai salah satu ikon pariwisata dan budaya Yogyakarta , Raminten memiliki banyak usaha termasuk toko oleh-oleh, restoran, serta pertunjukan cabaret yang selalu ramai digandrungi oleh turis lokal maupun internasional.
Dokumenter ini mengupas tentang warna-warni dunia Raminten, memotret perjalanan sang pendiri, KMT Tanoyo Hamijinindyo (Hamzah Sulaeman) dalam membina dan membesarkan Raminten tidak hanya sebagai sebuah bisnis, tetapi juga sebagai ‘keluarga pilihan (chosen family)’, termasuk di dalamnya karyawan, penampil pertunjukan, serta keluarga dan para sahabat. Kanjeng membangun Raminten sebagai ruang aman untuk berekspresi khususnya lewat pertunjukan Raminten cabaret.
Sutradara film dokumenter ini, Nia Dinata menyampaikan ide ini sudah tercetus sejak lama dan pertama kali dikemukakan tahun 2023 ketika Dena Rachman, produser, masih berada di London mengerjakan disertasi untuk studi S2-nya mengenai representasi dalam industri film di Indonesia.
"Waktu itu aku ngobrol sama Dena dan aku bilang kita harus bikin film tentang Raminten sebagai bentuk representasi," kata Nia, Senin (19/8/2024).
Pertama kali didapuk sebagai seorang produser bersama dengan Melissa Karim, Dena Rachman mengaku bersemangat sekali karena sosok Kanjeng sangat menginspirasi buat kami pribadi dan fakta bahwa Raminten dengan segala warna-warninya merupakan pertunjukkan cabaret yang sangat populer dan disukai oleh berbagai macam orang benar-benar menarik untuk diceritakan.
“Mengerjakan dokumenter ini merupakan perjalanan yang sangat luar biasa. Melalui film ini, kami berharap dapat menangkap dan menampilkan esensi dari Raminten, tidak hanya sebagai ikon budaya dan bisnis tapi juga sebagai bentuk keragaman ekspresi Yogyakarta yang modern sebagai kota yang mempertemukan tradisi dengan inovasi. Sebuah kehormatan bagi kami dapat membawa cerita ini ke khalayak yang lebih luas," ujar Melissa Karim menambahkan.
Riset untuk film ini telah dimulai sejak April 2024 dan proses pengambilan gambar telah dimulai pada Juli 2024. Dokumenter ini diharapkan akan rampung pada akhir tahun 2024. Selain mendokumentasikan cerita Raminten, film ini juga ingin mempromosikan Yogyakarta sebagai kota yang tidak hanya kental akan budaya Jawa tradisional, tetapi juga kaya akan seni modern kontemporer dengan mengangkat pesan moral bahwa nilai-nilai kebaikan memiliki dampak nyata terhadap hidup orang banyak tanpa memandang perbedaan.
Ratri, Direktur House of Raminten, yang juga merupakan putri dari Hamzah Sulaeman, menambahkan semua tim dari pihak Raminten menyambut dokumenter ini dengan sangat positif dan berharap dokumenter ini akan disambut dengan baik juga oleh masyarakat Indonesia, khususnya warga Yogyakarta.
"Kanjeng Hamzah Sulaeman sendiri memberikan restu dan pengharapannya untuk kesuksesan film ini, seraya berpesan 'Saya doakan supaya maju dan berbahagia'," katanya.