Kembali ke Ankara, berakhirnya kekhalifahan dipuji sebagai awal dari sebuah era baru. Kemal, yang bertujuan untuk meredakan ketidakpuasan umat Islam global, mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan bahwa otoritas kekhalifahan telah dialihkan secara sah kepada Majelis Nasional Agung Turki.
Namun, yang terjadi kemudian adalah tatanan sekuler yang baru. Pada tahun 1928, Majelis Nasional bahkan mengesahkan undang-undang yang menghapus semua referensi tentang Islam dalam konstitusi Turki. Sejak saat itu, para wakil rakyat harus bersumpah “atas nama kehormatan” dan bukan “di hadapan Tuhan”.
Di luar Turki, penghapusan kekhalifahan memicu kontroversi mengenai siapa yang akan mengambil alih institusi tersebut. Spekulasi yang berkembang di media global bahwa kekhalifahan baru akan diluncurkan dari Mekkah oleh Raja Hussein dari Hejaz.
Raja Fuad dari Mesir bermain-main dengan gagasan untuk mengambil peran tersebut dan Emir Afghanistan secara terbuka mengajukan diri sebagai kandidat. Namun, tidak ada seorang pun yang dapat mengumpulkan cukup dukungan dari dunia Islam untuk mengklaim gelar tersebut secara kredibel.