Senin 19 Aug 2024 20:32 WIB

Hikmah Reshuffle Pejabat Dzalim di Masa Umar bin Abdul Azis

Umar bin Abdul Azis melakukan reshuffle para pejabatnya.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Umar bin Abdul Aziz Takut Peluang Korupsi (ilustrasi)
Foto: wikipedia
Kisah Umar bin Abdul Aziz Takut Peluang Korupsi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kisah Umar bin Abdul Aziz menghukum pejabat yang zalim adalah salah satu contoh kepemimpinan adil yang ditunjukkannya selama masa kekhalifahannya. Umar bin Abdul Aziz, yang dikenal sebagai khalifah dari Dinasti Umayyah yang sangat adil dan bijaksana, selalu berusaha menegakkan keadilan dan memberantas kezaliman, termasuk dari kalangan pejabatnya sendiri.

Salah satu kisah yang terkenal adalah tentang seorang pejabat di Mesir yang bertindak sewenang-wenang dan menindas rakyat. Dalam Biografi Umar bin Abdul Aziz, Abdullah bin Abdul Hakam menjelaskan, pejabat bidang perpajakan Mesir yang kejam itu bernama Usamah bin Zaid di Tanukhi.

Baca Juga

Dengan sesuka hati, pejabat itu menghukum rakyat tanpa memakai hukum yang diturunkan Allah. Dia terlihat memotong tangan rakyat, padahal bertentangan dengan maksud perintah Allah.

Ketika berita tentang kezaliman gubernur ini sampai ke telinga Umar bin Abdul Aziz, ia segera mengambil tindakan tegas. Umar bin Abdul Aziz mengirimkan surat kepada pejabat tersebut, memerintahkannya untuk memperbaiki sikapnya dan berhenti melakukan kezaliman. Namun, pejabat tersebut tidak mengindahkan perintah itu dan tetap melanjutkan tindakan zalimnya.

Melihat hal ini, Umar bin Abdul Aziz segera memecat pejabat tersebut dari jabatannya dan menggantinya dengan orang yang lebih amanah. Tindakan ini menunjukkan betapa seriusnya Umar bin Abdul Aziz dalam menegakkan keadilan, tanpa memandang status atau kedekatan pejabat tersebut dengannya.

Kisah ini menjadi contoh bagaimana seorang pemimpin harus bertindak tegas terhadap ketidakadilan dan menempatkan kepentingan rakyat di atas segalanya. Umar bin Abdul Aziz dihormati karena keberaniannya dalam menghadapi kezaliman dan komitmennya terhadap keadilan, yang membuatnya dikenang sebagai salah satu pemimpin terbaik dalam sejarah Islam.

Lalu apa hikmah di balik kisah pencopotan pemimpin zalim di era Umar bin Abdul Aziz ini?

Hikmah pencopotan pejabat zalim di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, khalifah dari Bani Umayyah yang dikenal dengan keadilannya, sangat penting dalam menciptakan pemerintahan yang bersih dan berkeadilan. Ia dijuluki sebagai Al Faruq II. 

Setidaknya ada beberapa hikmah yang dapat diambil dari tindakan pencopotan pejabat zalim di masa kepemimpinannya adalah:

1. Menegakkan Keadilan

Umar bin Abdul Aziz sangat berkomitmen pada prinsip keadilan. Dengan mencopot pejabat zalim, ia ingin memastikan bahwa hukum dan kebijakan yang diterapkan benar-benar adil dan tidak merugikan rakyat.

2. Membersihkan Pemerintahan dari Korupsi

Pencopotan pejabat yang zalim merupakan langkah untuk memberantas korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Hal ini bertujuan agar pemerintahan lebih transparan dan akuntabel.

3. Melindungi Rakyat

Pejabat yang zalim cenderung menindas rakyat demi kepentingan pribadi atau golongan. Dengan mencopot pejabat semacam ini, Umar bin Abdul Aziz melindungi rakyat dari ketidakadilan dan penindasan.

4. Memberikan Teladan Baik

Tindakan tegas terhadap pejabat yang zalim memberikan contoh dan teladan bagi pejabat di zaman sekarang untuk berperilaku baik, bertanggung jawab, dan berintegritas dalam menjalankan tugasnya.

5. Mewujudkan Pemerintahan yang Amanah

Salah satu tujuan utama kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz adalah menegakkan pemerintahan yang amanah, di mana para pemimpin dan pejabat benar-benar mengabdi untuk kesejahteraan umat, bukan untuk kepentingan pribadi.

6. Meningkatkan Kepercayaan Rakyat

Dengan menindak tegas pejabat yang zalim, Umar bin Abdul Aziz berhasil mendapatkan kembali kepercayaan rakyat terhadap pemerintah. Rakyat merasa lebih dilindungi dan diayomi oleh pemerintah yang adil.

Tindakan ini mencerminkan upaya Umar bin Abdul Aziz dalam mewujudkan pemerintahan yang adil dan bersih dari praktik-praktik yang merugikan rakyat, sekaligus menunjukkan integritas kepemimpinannya yang tinggi.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement