REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Salah satu contoh orang munafik adalah orang yang berpura-pura menjadi Muslim, tetapi dalam hati mereka sebenarnya tidak beriman. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, kaum munafik sering kali menjadi ancaman besar bagi umat Islam karena mereka berusaha merusak dari dalam dengan menyebarkan kebohongan dan fitnah.
Salah satu tokoh munafik yang paling terkenal pada masa nabi adalah Abdullah bin Ubay bin Salul. Ia adalah seorang pemimpin suku Khazraj di Madinah yang merasa iri dan tersaingi oleh Nabi Muhammad SAW. Meskipun secara lahiriah ia memeluk Islam, di balik itu ia selalu berusaha merusak dan menentang Nabi dan kaum Muslimin.
Pengasuh Pesantren Ribath al-Murtadha al-Islamy, Singosari Malang, KH Luthfi Bashori menyebut pimpinan kaum munafik ini sebagai Sang Tukang Fitnah.
Menurut ulama karismatik ini, di antara fitnah yang dilakukan oleh Abdullah bin Ubay adalah saat Rasulullah SAW kembali dari Perang Bani Musthaliq, di mana ia berani menyebarkan isu dan tuduhan dengan mengatakan bahwa Aisyah istri Rasulullah SAW telah berselingkuh dengan salah seorang sahabat Nabi, Shafwan.
Tuduhan terhadap istri Nabi ini dikenal sebagai peristiwa "Haditsul Ifk (hoaks)". Meskipun fitnah ini sangat mengguncang Nabi dan keluarganya, akhirnya Allah menurunkan wahyu yang membersihkan nama Aisyah dan menunjukkan kebohongan fitnah tersebut.
Dalam ayat tersebut, Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS. An-Nuur: 11).
Selain itu, Abdullah bin Ubay juga menunjukkan kemunafikannya dengan menarik diri dari pasukan Muslim menjelang Perang Uhud. Ia membawa sekelompok besar pasukannya kembali ke Madinah, sehingga melemahkan pasukan Muslim. Aksinya ini hampir menyebabkan kekalahan umat Islam dalam perang tersebut.
Seperti dikutip dari "Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah SAW" disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, Sebenarnya yang diinginkan oleh orang orang munafik tersebut adalah terjadinya kekacauan dan kebimbangan di kalangan pasukan kaum muslimin. Dan hampir saja ini terjadi, namun Allah Ta'ala segera meneguhkan hati mereka untuk melanjutkan pertempuran.
Allah SWT berfirman:
اِذْ هَمَّتْ طَّۤاىِٕفَتٰنِ مِنْكُمْ اَنْ تَفْشَلَاۙ وَاللّٰهُ وَلِيُّهُمَا ۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ
Artinya: “Ketika dua golongan dari padamu ingin (mundur) karena takut, padahal Allah adalah penolong bagi kedua golongan itu. Karena itu hendaklah hanya kepada Allah saja orang-orang mu'min bertawakkal" (QS Ali Imran ayat 122)
Kisah Abdullah bin Ubay di atas menunjukkan bagaimana kaum munafik di zaman Nabi selalu berusaha mengganggu dan melemahkan umat Islam, tetapi pada akhirnya, kebenaran selalu muncul dan Allah senantiasa melindungi Rasul-Nya dan para pengikutnya yang setia.