REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada 15 Agustus 2024 mengatakan kepada parlemen Turki bahwa ia telah memutuskan untuk mengunjungi Gaza dan Yerusalem untuk memprotes perang Israel di daerah kantong padat penduduk itu. Presiden Abbas menambahkan bahwa tidak melihat akhir dari konflik kecuali Israel menarik diri dari tanah Palestina yang dijajah.
Presiden Abbas bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara pada Rabu (14/8) untuk membahas perang dan upaya gencatan senjata, menyampaikan pidato pada sesi luar biasa majelis umum parlemen Turki atas undangan pemerintah Turki.
Dalam pidato berdurasi 46 menit yang dihadiri oleh Erdogan, para menterinya, dan anggota parlemen dari semua partai politik, Presiden Abbas menuduh Amerika Serikat (AS) memperpanjang "bencana" dengan mendukung Israel dan memveto resolusi di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Ia juga meminta dunia untuk menghukum Israel secara hukum atas kejahatan perang dan pelanggaran hukum internasionalnya.
"Saya telah memutuskan untuk menuju Jalur Gaza bersama para anggota Otoritas Palestina (PA). Saya akan mengerahkan segala upaya agar kita semua dapat bersama rakyat kita untuk menghentikan agresi biadab ini, bahkan jika itu mengorbankan nyawa kita," kata Abbas dikutip dari laman Duvar English, Jumat (16/8/2024).
Abbas menambahkan bahwa ia juga akan pergi ke Yerusalem. Ia tidak menyebutkan kapan ia akan berkunjung.
Abbas mengepalai Otoritas Palestina, yang menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di beberapa bagian Tepi Barat yang dijajah Israel.
Ia menerima tepuk tangan meriah sebelum dan sesudah pidatonya, yang juga disela berulang kali oleh tepuk tangan.
Undangan Turki kepada Abbas datang setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpidato di hadapan Kongres AS pada bulan Juli.
"Pada tanggal 24 Juli, seorang penjahat perang menyampaikan pidato yang penuh kebohongan di hadapan Kongres AS. Di sini hari ini, Mahmoud Abbas menyatakan kebenaran dan perjuangan Palestina dalam setiap kalimatnya," kata juru bicara parlemen Turki Numan Kurtulmus, yang berbicara setelah Abbas.
Serangan terbaru Israel terhadap Gaza setelah serangan 7 Oktober telah membunuh lebih dari 40.000 orang.
Turki mengecam perang tersebut dan menghentikan semua perdagangan dengan Israel. Turki mengajukan permintaan untuk bergabung dengan kasus Afrika Selatan di Mahkamah Internasional yang menuduh Israel melakukan genosida.
Presiden Erdogan telah berulang kali menyuarakan dukungannya terhadap Hamas, dan mengatakan Turki juga berencana untuk mengundang pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh yang dibunuh di Teheran.