Rabu 21 Aug 2024 07:45 WIB

Ekonom: Tinggalkan BUMN Kecil, Fokus Perkuat BUMN Strategis

Tidak semua BUMN memiliki kontribusi bagi perekonomian Indonesia.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Ekonom sekaligus Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip.
Foto: Republika/Friska
Ekonom sekaligus Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom sekaligus Chief Economist the Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip menilai langkah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir merampingkan jumlah BUMN sudah tepat. Sunarsip menyebut tidak semua BUMN memiliki kontribusi bagi perekonomian Indonesia. 

"Idealnya memang kita punya BUMN maksimal 40 perusahaan saja, karena realitanya pun dari banyak BUMN hanya sekitar 20 persen yang berkontribusi signifikan," ujar Sunarsip saat Forum Group Discussion (FGD) bertajuk "Kinerja BUMN, Realita atau Dongeng?" yang digelar Republika di kantor Republika, Jakarta Selatan, Selasa (20/8/2024).

 

Sunarsip menyebut keberhasilan Erick dalam menjalankan transformasi kian paripurna dengan memangkas jumlah BUMN. Sunarsip mengatakan jumlah BUMN yang lebih sedikit, namun memiliki performa positif jauh lebih baik ketimbang banyak BUMN namun tak memiliki kontribusi maksimal untuk negara. 

 

"Memperbesar ukuran (BUMN) berdasarkan target, ini hal yang positif dan sudah dijalankan dalam lima tahun terakhir lewat holdingisasi," ucap Sunarsip. 

 

Pun dengan fungsi BUMN sebagai agen pencipta nilai yang meningkat berkat langkah restrukturisasi hingga holdingisasi. Sunarsip menyebut kinerja keuangan masih menjadi catatan dan bisa lebih dioptimalkan di masa mendatang.  

 

"Saran saya, tinggalkan bisnis atau industri yang senja, harus ambil tindakan tegas kepada BUMN yang masih terus minta PMN tapi tidak ada kontribusi. BUMN yang antara hidup dan mati, BUMN-BUMN kecil, meski punya potensi, lepas saja," ucap Sunarsip. 

 

Pemerintah, lanjut Sunarsip, bisa mengalokasikan pendanaan untuk BUMN-BUMN kecil tersebut kepada BUMN yang memiliki peran strategis bagi perekonomian. Sunarsip mengingatkan Indonesia akan menghadapi tiga persoalan utama ke depan yakni energi, pangan, dan air. 

 

"Besarkan BUMN-BUMN di bidang ketahanan pangan dari hulu ke hilir, besarkan BUMN infrastruktur dan industri strategis lainnya," sambung Sunarsip. 

 

Sunarsip pun mendorong seluruh BUMN untuk terjun di pasar Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan melantai di BEI, BUMN semakin transparan dan memiliki peluang mendapatkan pendanaan untuk meningkatkan investasi. 

 

"Kita bisa tolok ukur dengan Sasac (Kementerian BUMN-nya Cina) yang memiliki sedikit BUMN, tapi banyak anak usaha BUMN-nya dilepas ke publik agar lebih agresif di market. Cara ini berhasil meningkatkan kapasitas dan kapabilitas perusahaan," kata Sunarsip.

 

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan konsolidasi BUMN menargetkan hanya 30 BUMN dalam peta jalan BUMN fase kedua periode 2024-2034. Mantan Presiden Inter Milan itu mengatakan konsolidasi 30 BUMN bertujuan agar BUMN tidak menjadi menara gading, yang mana semuanya dimonopoli BUMN.

 

"Kita membangun ekosistem bersama dengan UMKM, pengusaha daerah, dan swasta. Kalau ada apa-apa, BUMN sebagai benteng ekonomi nasional dan bisa melakukan intervensi," ujar Erick.

 

Dalam peta jalan tersebut, Erick juga akan meningkatkan jumlah BUMN menjadi perusahaan global. Hal ini dilakukan untuk mendukung ketahanan ekonomi nasional.x

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement