Rabu 21 Aug 2024 17:23 WIB

BI Rate di 6,25 Persen, Ekonom: Tepat dan Taktis

Keputusan BI juga bertujuan mempertahankan posisi rupiah agar lebih berdaya tahan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Tangkapan Layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang mengunumkan tetap mempertahankan BI Rate pada level enam persen dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Desember pada Kamis (21/12/2023).
Foto: Tangkapan Layar
Tangkapan Layar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo yang mengunumkan tetap mempertahankan BI Rate pada level enam persen dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Desember pada Kamis (21/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mempertahankan BI rate atau suku bunga acuan sebesar 6,25 persen dalam rapat dewan gubernur (RDG). Ekonom senior Ryan Kiryanto menyebut BI mengambil keputusan tepat, taktis, dan berhati-hati.

"Keputusan RDG BI hari ini yang mempertahankan BI rate di 6,25 persen untuk menjaga kestabilan moneter," ujar Ryan di Jakarta, Rabu (21/8/2024).

Baca Juga

Ryan menilai keputusan BI juga bertujuan mempertahankan posisi rupiah agar lebih berdaya tahan terhadap dolar AS dan melanjutkan penguatan rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Menurut Ryan, pelaku pasar dan pebisnis serta perbankan tidak terkejut dan bisa memahami keputusan BI tersebut. 

"Harus diingat dan dimengerti bahwa penguatan rupiah akhir-akhir ini lebih dikarenakan faktor sentimen global oleh depresiasi dolar AS terhadap mata uang kuat lainnya (yen, poundsterling, euro)," ucap Ryan. 

Ryan menyampaikan ekonomi Indonesia sedang dalam situasi memasuki transisi pemerintahan pada Oktober dan menjelang pilkada serentak pada November. Hal ini akan menciptakan ketidakpastian dari aspek politik domestik.

Ryan menyampaikan saat ini indikator makroekonomi terpantau sedang bergerak dalam trend melemah yang terlihat dari turunnya PMI Juli ke 49,3, kuantitas pengangguran naik, indeks kepercayaan konsumen dan pebisnis menurun meskipun masih di atas ambang batas, dan deflasi tiga bulan berturut-turut. Ryan mengatakan bank-bank sentral di seluruh dunia, termasuk BI tengah menanti sikap The Fed di September yang diprediksi akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25-50 basis poin. 

"Maka, di September atau Oktober nanti BI punya ruang menurunkan BI Rate, dengan persyaratan inflasi terkendali dan rupiah stabil," kata Ryan. 

Ryan menambahkan beberapa pelemahan indikator ekonomi domestik hingga Oktober bisa menjadi dasar pertimbangan berikutnya yang mendorong BI untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi enam persen. Ryan menyebut hal ini dapat menjadi  pendorong untuk akselerasi perekonomian nasional yang terindikasi melemah. 

Muhammad Nursyamsi

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement