Kamis 22 Aug 2024 07:08 WIB

BI Pede Rupiah Makin Moncer  

Nilai tukar rupiah hingga 20 Agustus 2024 menguat menjadi Rp 15.430 per dolar AS.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Nilai tukar rupiah hingga 20 Agustus 2024 menguat menjadi Rp 15.430 per dolar AS atau menguat 5,34 persen dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2024. (ilustrasi)
Foto: Dok Republika
Nilai tukar rupiah hingga 20 Agustus 2024 menguat menjadi Rp 15.430 per dolar AS atau menguat 5,34 persen dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2024. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) bungah atas penguatan nilai tukar rupiah belakangan ini, usai sempat menyentuh level psikologis di angka Rp 16 ribu per dolar AS. Kini, rupiah sudah menjauhi level tersebut dan diyakini bakal terus moncer, seiring dengan upaya pengoptimalan sejumlah instrumen moneter. 

“Nilai tukar rupiah hingga 20 Agustus 2024 menguat menjadi Rp 15.430 per dolar AS atau menguat 5,34 persen dibandingkan dengan posisi akhir Juli 2024. Penguatan ini lebih tinggi dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti Baht Thailand, Yen Jepang, Peso Filipina, dan Won Korea yang hanya 4,22 persen, 3,25 persen, 3,20 persen, dan 3,04 persen,” kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2024 di Kompleks BI, Rabu (21/8/2024). 

Baca Juga

Namun, secara year to date (ytd), nilai tukar rupiah tetap terpantau mengalami depresiasi, meski lebih kecil dibandingkan depresiasi Rupee India, Peso Filipina, dan Won Korea. Perry optimistis, dengan melihat perkembangan yang terjadi saat ini dan sentimen-sentimen positif penguatan rupiah, mata uang Garuda diyakini bakal mengalami tren penguatan. 

“Ke depan nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan cenderung menguat sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan tetap baiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia, serta komitmen kebijakan BI. Seluruh instrumen moneter akan terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI,” jelasnya. 

Perry menjelaskan, kebijakan moneter tersebut dilakukan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri. 

Menurut catatannya, hingga 19 Agustus 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp 899,50 triliun, 1,73 miliar dolar AS, dan 168 juta dolar AS. Penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri, tecermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp 243,27 triliun (27,04 persen dari total outstanding).

Adapun, implementasi Primary Dealer (PD) sejak Mei 2024 juga memperkuat efektivitas SRBI sebagai instrumen moneter dalam mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi. 

“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan berbagai inovasi instrumen pro-market baik dari sisi volume maupun daya tarik imbal hasil, dan didukung kondisi fundamental ekonomi domestik yang kuat, untuk mendorong berlanjutnya aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan domestik,” ujar Perry. 

Sebagai informasi, BI melalui RDG Agustus 2024 memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) di posisi 6,25 persen. Sinyal kuat penurunan suku bunga akan terjadi pada triwulan IV/2024, mengikuti proyeksi penurunan Fed Funds Rate (FFR). Dipertahankannya suku bunga pada Agustus 2024 dikarenakan BI mengaku memfokuskan triwulan III/2024 untuk penguatan kelanjutan stabilitas rupiah yang saat ini memang sedang kuat-kuatnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement