Kamis 22 Aug 2024 09:09 WIB

Negara-Negara Afrika Terdampak Mpox Segera Terima Vaksin

WHO dan CDC Afrika menyatakan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Seorang petugas kesehatan menyiapkan vaksin Mpox (ilustrasi). Negara-negara Afrika yang terdampak Mpox segera menearima vaksinasi.
Foto: AP Photo/Jeenah Moon
Seorang petugas kesehatan menyiapkan vaksin Mpox (ilustrasi). Negara-negara Afrika yang terdampak Mpox segera menearima vaksinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (DCD) mengatakan vaksinasi Mpox akan dimulai dalam beberapa hari di Republik Demokratik Kongo dan negara-negara lain yang terdampak, menurut laporan Africa News. Langkah ini merupakan upaya proaktif untuk membendung penyebaran virus Mpox yang semakin meluas.

Pengumuman tersebut disampaikan setelah Uni Eropa, produsen vaksin Bavarian Nordic, AS, dan Jepang berjanji untuk memasok vaksin ke benua tersebut. CDC Afrika mengatakan dosis vaksin diharapkan segera tiba.

Baca Juga

Direktur Jenderal CDC Afrika Jean Kaseya menekankan pentingnya menyimpan vaksin dengan aman dan memberikan vaksin dengan benar. "CDC Afrika bekerja sama dengan negara-negara yang terdampak dalam menyusun strategi logistik dan komunikasi untuk memfasilitasi distribusi vaksin," ujar Kaseya.

Pada pekan lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan CDC Afrika menyatakan Mpox sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat yang perlu menjadi perhatian internasional. Menurut angka terbaru CDC Afrika, sebanyak 17.541 kasus Mpox dan 517 kematian sejauh ini telah dilaporkan dari 13 negara Afrika.

Republik Demokratik Kongo, pusat wabah saat ini, menyumbang 96 persen dari semua kasus dan 97 persen dari seluruh kematian yang dilaporkan pada 2024. Kongo telah mencatat 16.700 kasus Mpox yang dikonfirmasi atau diduga, termasuk lebih dari 570 kematian.

Sementara Afrika Selatan mencatat 24 kasus yang dikonfirmasi, termasuk tiga kematian, dan Kamerun mencatat lima kasus yang dikonfirmasi, termasuk dua kematian. Burundi memiliki lebih dari 100 kasus, sementara Nigeria memiliki 39 kasus, Liberia memiliki lima kasus, Rwanda memiliki empat kasus, Pantai Gading dan Uganda masing-masing memiliki dua kasus, dan Kenya memiliki satu kasus yang dikonfirmasi.

 

sumber : Anadolu
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement