Kamis 22 Aug 2024 13:15 WIB

Umar bin Khattab, Pemimpin Adil yang Larang Kursi Kekuasaan Diwariskan ke Anaknya

Umar bin Khattab saat menjadi penguasa telah berbuat baik dan adil.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Umar bin Khattab (ilustrasi). Teladan dari kepemimpinan Umar bin Khattab yang melarang anak-anaknya menjadi kepala negara.
Foto: Republika
Umar bin Khattab (ilustrasi). Teladan dari kepemimpinan Umar bin Khattab yang melarang anak-anaknya menjadi kepala negara.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Diriwatakan, Umar bin Khattab Radhiyalahu anhu di akhir hayatnya diminta menentukan siapa khalifah atau penguasa selanjutnya yang menggantikan dirinya.

Rakyatnya meminta agar anak Umar bin Khattab yang menduduki kursi khalifah untuk melanjutkan kepemimpinan. Namun, Umar bin Khattab dengan tegas menolaknya.

Baca Juga

Umar bin Khattab takut jika selama dirinya berkuasa dan menjadi khalifah telah berbuat salah, maka nanti yang diadili oleh Allah SWT cukup dirinya saja. Jangan sampai anaknya ikut diadili Allah SWT karena berbuat tidak adil atau tidak benar saat menjadi khalifah.

Padahal, sebagaimana diketahui, Umar bin Khattab saat menjadi penguasa telah berbuat baik dan adil. Bahkan sebagai seorang penguasa, baju Umar bin Khattab penuh tambalan dan selalu hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kemewahan dan tidak pernah mementingkan keluarganya di atas kepentingan rakyatnya. 

Berikut ini kisah lengkap Umar bin Khattab yang menolak dengan keras anaknya diberi kekuasaan. Dikutip dari buku 150 Kisah Umar bin Khattab yang ditulis Ahmad Abdul Al Al-Thahthawi yang disunting, diterjemahkan dan diterbitkan kembali PT Mizan Pustaka, 2016.

Sa‘id ibn Zaid berkata kepada Umar, "Tentukanlah siapa penggantimu." 

Umar berkata, "Aku tidak melihat seorang pun yang lebih berhak untuk urusan ini daripada enam orang yang ketika Rasulullah SAW wafat, beliau telah ridha kepada mereka. Mereka adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Sa‘ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, dan Zubair bin Al-Awwam."

Umar berkata lagi, "Sekiranya ada satu dari kedua orang ini masih hidup, aku akan serahkan urusan ini kepadanya dan aku merasa yakin dengan kekhalifahannya, yaitu Salim Maula Abu Hudzaifah dan Abu Ubaidah bin Jarrah." 

"Jika Tuhanku menanyakan tentang Abu Ubaidah, aku akan menjawab bahwa aku pernah mendengar Nabi-Mu bersabda, 'Sesungguhnya dia adalah orang kepercayaan umat ini.' Jika Tuhanku menanyakan tentang Salim, aku akan menjawab bahwa aku mendengar Nabi-Mu bersabda, ‘Sesungguhnya Salim sangat besar cintanya kepada Allah Swt'."

Al-Mughirah bin Syubah berkata kepada Umar, "Aku sarankan kepada engkau satu orang, yaitu Abdullah bin Umar (anak Umar bin Khattab)." 

Umar berkata, "Celaka kamu! Demi Allah, aku tidak meminta kepada Allah akan hal ini. Aku tidak memiliki kecakapan apa-apa dalam mengurusi masalah kalian. Aku adalah orang yang tidak bersyukur, sehingga aku ingin agar jabatan kekhalifahan diduduki oleh seorang dari keluargaku." 

Umar menegaskan, "Jika kursi kekhalifahan ini adalah kebaikan, aku telah memperolehnya. Jika kursi kekhalifahan ini suatu keburukan, cukuplah salah seorang dari keluarga Umar yang akan dihisab dan ditanya kelak tentang permasalahan umat Muhammad SAW." 

Umar mengatakan, "Aku sudah berupaya semampuku dan telah mengharamkan jabatan itu atas keluargaku. Jika aku selamat dari siksa, tidak menanggung dosa, dan tanpa memperoleh pahala, hal itu sudah cukup membuatku senang." (Tarikh Al-Thabari)

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement