Kamis 22 Aug 2024 18:11 WIB

Israel Kembali Bom Sekolah, Jalur Gaza Dinilai tak Aman Bagi Anak-Anak

Israel kembali mengebom salah satu sekolah yang dikelola PBB di Kota Gaza.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Pemboman Israel terhadap sekolah di kamp Nuseirat di Jalur Gaza, Kamis (6/6/2024). UNRWA menyatakan Jalur Gaza tidak aman bagi anak-anak setelah Israel kembali mengebom sekolah.
Foto: Associated Pres
Pemboman Israel terhadap sekolah di kamp Nuseirat di Jalur Gaza, Kamis (6/6/2024). UNRWA menyatakan Jalur Gaza tidak aman bagi anak-anak setelah Israel kembali mengebom sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan Jalur Gaza tidak lagi menjadi tempat yang aman bagi anak-anak setelah Israel kembali mengebom salah satu sekolah yang dikelola PBB di Kota Gaza.

“Laporan tentang serangan mengerikan lainnya hari ini di salah satu sekolah UNRWA kami di Kota Gaza,” kata Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini pada Rabu (21/8/2024).

Baca Juga

Israel menargetkan Sekolah Salah al-Din yang menewaskan dua warga Palestina dan melukai 15 lainnya, termasuk anak-anak. Beberapa di antara korban dilaporkan terbakar hingga tewas.

“Gaza bukan lagi tempat bagi anak-anak. Mereka adalah korban pertama dari perang tanpa ampun ini. Kita tidak bisa membiarkan hal yang tak tertahankan menjadi norma baru. Cukup,” ucapnya.

Lazzarini mempertanyakan apakah masih ada kemanusiaan yang tersisa dan menuturkan bahwa gencatan senjata sudah sangat terlambat. Pada hari yang sama, PBB mengingatkan bahwa perintah evakuasi militer Israel yang sedang berlangsung mengancam penduduk Jalur Gaza dengan pengungsian paksa lebih lanjut, menimbulkan kekhawatiran bahwa layanan penting mungkin akan segera terputus.

Saksi mata juga mengonfirmasi kepada Anadolu bahwa pesawat tempur Israel mengebom Sekolah Salah al-Din, sekolah kesembilan yang menampung para pengungsi yang menjadi sasaran militer Israel sejak awal Agustus. Israel terus melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza menyusul serangan kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober, meski ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.

Konflik tersebut mengakibatkan lebih dari 40.170 kematian warga Palestina, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 92.740 orang cedera, menurut otoritas kesehatan setempat. Blokade yang terus berlanjut di Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, yang mengakibatkan sebagian besar wilayah tersebut hancur. Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum wilayah tersebut diserbu pada tanggal 6 Mei.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement