Sayed Murtadha dalam artikelnya, “Jaringan Intelektual Tarekat Alawiyah di Aceh” (2019), mengatakan, Tarekat Alawiyah dikembangkan para keturunan Imam Muhammad al-Faqih, terutama sesudah wafatnya sang mursyid pada 653 H/1255 M. Terkait itu, ada dua orang tokoh keluarga Ba’alawi yang berjasa besar. Keduanya adalah Sayyid Abdullah al-Aydrus bin Abu Bakar as-Sakran (wafat 865 H) dan Sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad (wafat 1132 H).
Yang pertama itu merupakan seorang sufi yang prolifik. Banyak buku yang telah dihasilkan Sayyid Abdullah al-Aydrus. Misalnya, Al-Kabirit al-Ahmar wa al-Iksir al-Akbar.
Di tengah kaumnya, ia pun sangat dihormati. Bahkan, Tarekat Alawiyah pada masanya lebih masyhur dengan sebutan Aydarussiyah. Secara kebahasaan, al-aydrus berarti ‘pemuka orang-orang pelaku tasawuf.’
Adapun Sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad dipandang sebagai tokoh pembaru Tarekat Alawiyah pada masa sesudah al-Aydrus. Seperti pendahulunya, ia pun dikenal produktif dalam berkarya. Pada masanya, Alawiyah cenderung populer dengan sebutan Tarekat Haddadiyah.