REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi berencana tidak akan lepas dari aktivitas diplomasi demi Indonesia. Hal itu rencananya akan ditempuh usai dirinya "pensiun" dari jabatan tertinggi di Kementerian Luar Negeri RI.
"Darah saya kan darah diplomat. Menjadi diplomat adalah satu-satunya pekerjaan yang sudah saya jalani hampir 40 tahun. Jadi, saya kira, apa pun kegiatan yang saya lakukan tidak akan jauh-jauh, kalau toh masih ada kegiatan," kata Menlu Retno Marsudi kepada wartawan di Beijing,Jumat (23/8/2024).
Menlu Retno menyampaikan hal tersebut di sela-sela agendanya bertemu dengan Menlu Republik Rakyat China (RRC) Wang Yi. Pertemuan itu dalam rangka Komisi Bersama Kerja Sama Bilateral (Joint Commission for Bilateral Cooperation atau JCBC) Kelima di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing.
"Tapi ya kita menikmatilah pensiun. Saya sudah hampir 40 tahun bekerja. Saatnya menikmati hidup," tambah Retno.
Seperti umumnya orang-orang yang berpensiun, perempuan yang dikenal vokal memperjuangkan kemerdekaan Palestina ini juga akan menikmati semakin banyak waktu dengan keluarga. Menurut dia, kehadiran cucu turut membawa keceriaan tersendiri di rumah.
"Setelah pensiun, ya momong cucu, ha ha ha. Momong cucu indah," ungkap Retno sambil tertawa.
Menlu RI diketahui sudah memiliki empat orang cucu. Cucu terakhirnya bernama Mangkubumi Rajasatya Marsudi, yang lahir pada 12 Juli 2024 lalu.
Retno LP Marsudi adalah diplomat perempuan pertama yang menjabat sebagai menlu RI. Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini dilantik pada 27 Oktober 2014.
Perempuan kelahiran Semarang, 27 November 1962, ini menikah dengan Agus Marsudi. Sang suami adalah seorang arsitek.
Pasangan ini dikaruniai dua orang putra, yaitu Dyota Marsudi dan Bagas Marsudi. Keduanya juga telah berkeluarga.
Retno Marsudi mendapatkan gelar sarjana dari jurusan Ilmu Hubungan Internasional UGM Yogyakarta pada 1985. Ia juga menempuh pendidikan di Haagse Hogeschool, Den Haag, Belanda, serta di Universitas Oslo, Norwegia.
Sejak bergabung dengan Kemenlu RI pada 1986, ia telah bertugas di berbagai pos. Di antaranya adalah penempatan di KBRI Canberra, Australia (1990-1994); KBRI Den Haag, Belanda (1997-2001), dan Direktur Kerja Sama Intra dan Antar Regional Amerika dan Eropa (2001-2003).
Seterusnya, Direktur Eropa Barat (2003-2005); Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Norwegia dan Republik Islandia (2005-2008); Direktur Jenderal Amerika dan Eropa (2008-2012); Duta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda (2012-2014) hingga menjadi Menteri Luar Negeri pada Oktober 2014 hingga saat ini.
Selama berkarir sebagai diplomat, Retno juga mendapat beragam penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri
Penghargaan dari dalam negeri antara lain "People of the Year Award" dari Metro TV (18 November 2020), "KORPRI Lifetime Achievement Award" (28 November 2020), "Public Leader Awards" dari Berita Satu Media Holdings (23 Februar1 2021), Brevet Kehormatan Hidro-Oseanografi dari Kepala Staf Angkatan Laut (19 Oktober 2021), "The Most Popular Leader in Social Media 2021" dari PR Indonesia (10 Desember 2021).
Adapun penghargaan internasional antara lain adalah "The Order of Merit" dari Pemerintah Norwegia (Desember 2011), "The Ridder Grootkruis di de Orde van Oranje-Nassau" dari Pemerintah Belanda (12 Januari 2015), penghargaan “Agen Perubahan" dari PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women) pada 21 September 2017; "El Sol del Peru" atau "Matahari Peru" (24 Mei 2018) dan "Malalai Medal of Honor" dari President Ashraf Ghani of Afghanistan (1 Maret 2020).