REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penasihat Presiden Palestina untuk Urusan Luar Negeri Riyad Al-Maliki mengatakan pembunuhan yang hingga kini masih terjadi di wilayah Palestina mencerminkan kegagalan komunitas internasional untuk menghentikan perang sekaligus mengungkapkan standar ganda mereka.
"Benar-benar sebuah refleksi dari kegagalan komunitas internasional untuk menghentikan perang," kata Al-Maliki dalam diskusi bertema Palestine's Never-Ending Struggle for Statehood, Human Rights, and Justice di Jakarta, Selasa.
Al Maliki juga menyatakan, selain gagal menghentikan perang, terungkap pula standar ganda komunitas internasional dalam hal bagaimana mereka menangani berbagai konflik di dunia.
"Palestina diperlakukan sangat berbeda dengan Israel. Israel bertindak di luar batas hukum. Israel kebal terhadap segala jenis sanksi dan akuntabilitas," katanya dalam diskusi dengan fokus isu Palestina itu.
Diskusi yang merupakan hasil kerja sama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) dan Kedutaan Besar Palestina itu berlangsung di Sekretariat FPCI di Jakarta.
Acara yang diselenggarakan secara hybrid itu dihadiri sejumlah duta besar asing di Jakarta di antaranya Dubes Palestina Zuhair Al-Shun, Dubes Iran Mohammad Boroujerdi, Duta Besar Sudan Yassir Mohamed Ali, Duta Besar Maroko Ouadia Benabdellah dan Ketua Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad.
Pada kesempatan itu, Al Maliki menjelaskan selama Israel merasa kebal terhadap hukum dan selama Israel memahami bahwa tidak ada harga yang harus dibayar atas kriminalitas dan kekejaman yang telah mereka lakukan terhadap rakyat Palestina, maka Israel beranggapan mengapa perang melawan Palestina harus dihentikan.
Al Maliki menambahkan bahwa perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu percaya perang Israel terhadap rakyat Palestina merupakan perang eksistensial bagi Israel.
Lihat halaman berikutnya >>>