Banyak cara untuk merepresentasikan kecintaan kepada agama, bangsa dan negara. Arum Nazlus Shobah memilih olahraga panahan berkuda untuk membawa Indonesia harum di kancah dunia. Sebelum menjadi juara, gadis belia yang baru berusia 13 tahun ini sudah mengenal olahraga panahan pada usia delapan. “Saya belajar memanah terlebih dahulu pada usia delapan tahun. Tepatnya saat kelas 2 SD,”ujar Arum saat dihubungi Republika, beberapa waktu lalu.
Arum menyukai olahraga ini karena terinspirasi dari dua kakaknya yang juga juara panahan, Arsa Wening dan Kharisma Zaky. Sejak awal, mereka dididik ayah ibunya lewat olahraga sunnah itu. Tidak sekadar berolahraga, panahan mampu mengasah Arum dan saudara-saudaranya agar lebih fokus dan disiplin.
Arum dididik dengan telaten oleh ayahnya agar menguasai kemampuan memanah ground dan memanah cepat (fast shoot). Skill ini mengharuskannya untuk memanah cepat tanpa melihat busur dan panah. Suatu kemampuan yang menjadi syarat penting bagi seorang pemanah berkuda. Karena itu, Arum menjelaskan, sebelum berkuda, dia harus dapat menguasai insting memanah cepat dengan baik.
Arum kemudian memperdalam proses belajar berkudanya pada 2020, tepatnya pada masa awal pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Masa itu tepat dengan kelulusannya sebagai siswa sekolah dasar (SD).“Kondisi PSBB (pembatasan sosial berskala besar) menjadi momen terbaik untuk saya memperdalam panahan berkuda,” kata putri dari Sekretaris Jenderal Komunitas Panahan Berkuda Indonesia (KPBI) Sunaryo Adhiatmoko itu.