REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON — Tak banyak yang tahu ada kaitan erat antara Masjid Sunan Gunung Jati Garmini, Cirebon, Jawa Barat, dengan Proklamator RI Sukarno. Bahkan, masjid yang terletak di Jalan Kesambi, Kecamatan Kesambi, Cirebon, itu menyimpan secuil kisah yang menggambarkan sisi religiusitas Sukarno.
Dulu, lahan tempat berdirinya Masjid Sunan Gunung Jati Garmini merupakan area persawahan. Lahan itu milik seorang tokoh perempuan Cirebon yang juga aktif di Nadhlatul Ulama (NU) Cirebon, yakni Hj Siti Garmini Sarojo. Pada 17 Agustus 1960 Garmini yang juga istri Sultan Hasanuddin keempat dari Keraton Kanoman, Cirebon, mewakafkan lahan sekitar 500 meter persegi itu lalu membangun sebuah masjid.
Awal pembangunan masjid pun menjadi istimewa, sebab dihadiri langsung oleh Presiden Sukarno. Tak hanya menyaksikan peletakan batu pertama, Sukarno juga langsung memberikan nama bagi masjid yang dibangun Garmini itu, yakni Masjid Sunan Gunung Jati.
Raden Muhammad Tuban, sesepuh Kesambi sekaligus pengurus dan muazin di Masjid Sunan Gunung Jati Garmini, menjelaskan, nama Sunan Gunung Jati dipilih sebagai penghormatan Sukarno terhadap keluarga keraton dan seorang wali penyebar Islam di Cirebon, yakni Syarif Hidayatullah atau dikenal sebagai Sunan Gunung Jati.
"Karena Ibu Garmini ini istri dari Sultan Hasanuddin keempat, Sukarno bisa dipanggil datang oleh Sultan. Jadi, yang meresmikan nya Sukarno langsung," kata pria paruh baya tersebut beberapa waktu lalu.
Setelah masjid berdiri, Sukarno pun tak pernah melupakan masjid itu. Menurut Raden Muhammad Tuban, jika kebetulan melintasi Kota Cirebon, sang proklamator pasti menyempatkan diri singgah di Masjid Sunan Gunung Jati. Uniknya, Sukarno selalu menyambangi Masjid Sunan Gunung Jati pada malam hari tanpa diketahui orang banyak. "Kalau lewat Cirebon pasti ke sini, tapi Sukarno kalau datang malam terus untuk shalat Tahajud."