Senin 26 Aug 2024 01:00 WIB

Berapa Sebenarnya Jumlah Rakaat Sholat Tahajud yang Paling Afdhal?

Sholat tahajud memiliki keutamaan yang luar biasa.

Red: A.Syalaby Ichsan
Umat muslim membaca Alquran di dalam tenda saat beritikaf pada sepuluh malam terakhir Ramadhan 1444 H di Masjid Habiburrahman, Jalan Kapten Tata Natanegara, Cicendo, Kota Bandung, Rabu (12/4/2023) dini hari. Pada sepuluh hari menjelang berakhirnya Bulan Suci Ramadhan, umat muslim melakukan Itikaf untuk meraih malam kemuliaan (Lailatul Qadar) dengan membaca Alquran, Shalat Tahajud dan berzikir.
Foto:

Menurut ustadz Hamdi El-Natary dalam bukunya “Shalat Tahajud Cara Rasulullah SAW: Sesuai Alqur'an dan Hadits”, menyebutkan bahwa jumlah rakaat shalat Tahajud (Qiyamul laili) sebenarnya tidak ada batasannya. Karenanya, bila kondisi tidak memungkinkan cukup dengan mengerjakan shalat witir tiga rakaat atau satu rakaat sesudah shalat Isya. Rasulullah SAW bersabda:

"Dari Ibnu Abbas, ia berkata, 'Kita diperintah oleh Rasulullah mengerjakan shalat malam dan benar-benar menganjurkannya sehingga beliau berkata, 'Kerjakan shalat malam sekalipun hanya satu rakaat." (HR. Thabrani dalam kitab Al-Kabir dan Al-Ausath)

Namun demikian, jumlah rakaat yang paling utama dan paling kuat adalah sebelas rakaat. Jumlah tersebut juga sudah termasuk tiga rakaat shalat Witir. Pelaksanaannya, dapat 4+4+3 (4 shalat Tahajud + 4 shalat Tahajud + 3 rakaat shalat Witir). Dapat juga 2+2+2+2 (shalat Tahajud) + tiga rakaat shalat Witir yang dilaksanakan 2+1 rakaat atau tiga rakaat sekaligus. Pendapat tersebut didasarkan pada hadits dari Aisyah RA bahwa ia berkata:

"Rasulullah tidak pernah menambah shalat malam itu, baik ketika bulan Ramadhan atau bulan lainnya dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat. Jangan tanya tentang baik dan panjangnya. Kemudian, shalat lagi empat rakaat, jangan tanya baik dan panjangnya. Kemudian, shalat Witir tiga rakaat. Saya bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah engkau tidur sebelum Witir? Beliau menjawab, “ya Aisyah. Walau kedua mataku tidur, namun hatiku tidak tidur,” (HR Bukhari Muslim)