KINGDOMSRIWIJAYA, Palembang – Sebuah buku berjudul “Gajah Palembang: Sejarah, Akar Konflik dan Solusinya” yang diterbitkan Pusat Kajian Sejarah Sumatera Selatan (Puskass)meluncur menemui pembacanya.
Buku yang ditulis bersama oleh Dedi Irwanto, Ali Goik, Vebri Al-Lintani, Kemas Abdulrachman Panji, Dudy Oskandar, Hidayatul Fikri dan Giyanto, Ahad (25/8) diluncurkan ke publik.
Buku yang penerbitannya didukung Gadang Hartawan dan OKI Pulp & Paper merupakan buku yang disusun dari hasil penelitian mengenai kehidupan gajah Palembang atau gajah Sumatera yang hidup di kawasan Ari Sugihan, Sumatera Selatan (Sumsel).
Menurut Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) IV RM Fauwaz Diradja dari esultanan Palembang dalam testimoninya mengatakan, “Buku ini menceritakan kembali dan melestarikan kalau gajah yang ada di Sumatera Selatan ini adalah gajah Palembang”.
“Saya yakin dengan adanya buku ini bisa memberikan pemahaman kepada kita mengenai asal usul gajah tersebut bagaimana dan apa yang kita lakukan kedepan supaya kita memahami gajah Palembang", katanya.
Staf Ahli Gubernur Sumsel bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia (SDM) Sumsel Kurniawan Abadi mengapresiasi penerbitan buku berjudul Gajah Palembang. “Kami menyambut baik buku ini, dan saya mengajak masyarakat peduli dan menjaga hutan dan lingkungan kita ini", katanya.
Salah seorang penulis Dedi Irwanto pada peluncuran buku yang berlangsung semarak dengan selingan hiburan Band Hutan Tropis menceritakan saat melakukan penlitian untuk menulis buku ini, kami tim menulis menjumpai keunikan dan tantangan dalam meneliti gajah di Palembang.
“Apa iya Pak ada gajah di Palembang? di mana Pak, gajah itu. Itu adalah salah satu pertanyaan yang kerap muncul dari mahasiswa saat membahas topik ini”, kata Dedi yang juga pengajar pada jurusan sejarah FKIP Universitas Sriwijaya (Unsri).
Menurutnya, pertanyaan tersebut mencerminkan keheranan banyak orang yang tidak menyangka bahwa Palembang memiliki sejarah dan hubungan yang erat dengan keberadaan satwa bertubuh besar bernama gajah.
Dengan terbitnya buku Gajah Palembang: Sejarah, Akar Konflik dan Solusinya diharapkan dapat membuka wawasan baru bagi masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan penanganan konflik antara manusia dan satwa liar, khususnya di Sumatera Selatan.
“Peluncuran buku ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap isu-isu lingkungan yang mendesak di wilayah tersebut. Gajah Palembang itu ada, sudah sejak masa Kerajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang”, katanya.
Pada diskusi peluncuran “Gajah Palembang: Sejarah, Akar Konflik dan Solusinya” tim penulis Puskass banyak mendapat masukan untuk memperkaya isi buku yang tebalnya 394 halaman dan terbit perdana Agustus 2024. (D Oskandar)